Browsing Tag

interview

© Fresilia Vebriani
Artikel, Interview,

Photographer Interview : Fresilia Vebriani From Bandung

1 comment

Bisakah Anda memperkenalkan diri anda?

Halo, nama saya Fresiliave, orang-orang juga mengenal saya sebagai Pecil. Saya lahir di Bandung tetapi sekarang tinggal di Jakarta. Dan saya belajar komunikasi di Universitas Padjadjaran. Saya suka puisi tetapi tidak bisa membuat puisi itu sebabnya saya mengambil gambar. Bagi saya, fotografi adalah cara saya melarikan diri dari kenyataan, karena kami hidup dalam kehidupan yang sama tetapi kami memiliki realitas yang berbeda.

Could you please introduce yourself?

Hello, my name is Fresiliave, people known me as Pecil as well. I was born in Bandung but now lived in Jakarta. And I was studied communication at Padjadjaran University. I love poetry but cannot make any of poetry that’s why i took a picture. For me, photography is the way i could escape from my reality, cause we live in the same life but we have difference reality.

 

Apa kenangan masa kecil Anda terhadap seni?

Saya tidak punya hal khusus tentang seni ketika saya masih muda. Saya hanya melakukan segala hal yang bisa membuat saya bahagia. Sesimpel itu.

What is your childhood memories towards the arts?

I don’t have any special thing about art when I was young. I just do every thing that could made me happy. As simple as that.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Apa yang pertama kali menarik Anda ke fotografi dan bagaimana Anda menemukannya?

Pertama kali saya mengenal fotografi, ketika saya masih di sekolah menengah. Sudah hampir 11 tahun yang lalu. Saya tidak secara khusus memilih analog atau digital, saya hanya berjalan di toko buku tua di sekitar kota asal saya dan menemukan buku lomografi maka saya tidak tahu mengapa, dalam pikiran saya, “Saya ingin punya kamera dan mengambil beberapa gambar di sekitar saya.”

What first drew you to photography and how did you discover it?

When first time i knew about photography is when i was in high school. It’s almost 11 years ago. I dont specifically choose analog or digital, i just walking at old book store around my hometown and found a lomography book then i dont know why, in my thought only, “i want have a camera and took some picture around me”

 

Apa yang membuat fotografi begitu spesial untuk Anda?

Fotografi memberi saya ruang untuk saya dan diri saya sendiri. Fotografi membantu saya menemukan sudut pandang lain dari dunia ini. Atau setidaknya aku bisa menemukan sesuatu yang indah dalam sesuatu yang berantakan.

What makes photography so special for you?

Photography give me space for me and myself. Help me found another point of view from this world. Or at least I could found beautiful thing in a mess.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Kenapa lebih memilih fotografi dibanding modeling karena kebanyakan wanita dengan penampilan menarik lebih suka menjadi model ketimbang fotografer, dan anda kami lihat berpenampilan menarik dan layak menjadi model?

Saya pikir orang akan memilih sesuatu yang bisa memenuhi ego mereka, gairah hidup mereka, dan juga jiwa mereka. Dan bagi saya, fotografi adalah jawabannya.

Why choose photography rather than modeling, because most women with attractive appearance prefer to be a model rather than a photographer, and we see, you look attractive and deserve to be a model?

I think people would choose something could fulfill their egos, their passions, and also their soul. And for me, photography is the answer.

 

Bagaimana Perkembangan fotografi di tempat anda tinggal?

What is the development of photography in your place of residence?

I was came from Bandung, city with so many community. I dont know photography nowadays in my hometown, but i think it should be more easy find some information that you need than when i was first time learned about photography.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Apa perbedaan yang diciptakan fotografi dalam hidup Anda?

Sejujurnya, saya tidak tahu apa yang berubah dalam diri saya, karena fotografi sudah menjadi banalitas hidup saya dan sudah bertahun-tahun sekarang.

What difference does photography create in your life?

Honestly, i don’t know what is changed in myself, because photography already become banality of my life and it’s already year by year now.

 

Bagaimana Anda tahu ketika sesuatu, seseorang, atau beberapa tempat layak untuk difoto?

Biasanya saya mengambil momen berdasarkan warna. Kadang-kadang saya tidak tahu mengapa saya mengambil foto itu, kadang-kadang saya merasa itu sesuatu yang baik atau saya suka saat ini. Tapi kebanyakan saya mengambil foto secara acak. Fotografi adalah cara saya untuk melarikan diri jadi saya tidak ingin terlalu banyak berpikir. Saya ingin menikmati waktu saya dengan menekan tombol rana saya. Dan saya tidak pernah berpikir tentang saya ingin membuat sesuatu yang besar dengan semua foto saya. Tidak. Semua yang saya inginkan itu pribadi untuk saya. Tetapi jika seseorang di luar sana menyukai pekerjaan saya, saya akan merasa senang mendengarnya.

How do you know when something, someone, or some place is worth shooting?

Usually i took moment based on the color. Sometime i dont know why i took that picture, sometime I just feel it’s something nice or i like the moment. But mostly i took picture randomly. Photography is my way for escape so i dont want to overthink. I want to enjoy my time with push my shutter button. And i never think about i want to make something big with all my photos. No. All i want it’s personal for me. But if somebody out there like my work i would be feel greatful to hear that.

 

Bagaimana Anda mendeskripsikan koneksi Anda dengan subjek Anda?

Sebagian besar foto yang saya ambil tidak bercerita tentang objek tetapi lebih tentang deskripsi saya tentang dunia melalui fotografi. tapi terkadang saya juga mengambil cerita dari benda yang saya foto.

How do you describe your connection with your subject matter?

Most of the photos I take do not tell stories about the object but it more about my description of the world through photography. but sometimes I also take stories from objects that I photograph.

 

Kamera yang anda gunakan? Dan kenapa lebih suka kamera analog dibanding digital?

Saya menggunakan Leica M3. Hmmmmmm. Sebenarnya itu karena sejak awal saya menggunakan kamera analog kemudian jatuh cinta dengan hasilnya dan juga merasa sangat bersyukur karena saya bisa bertemu dengan begitu banyak orang baik dan mereka menjadi teman saya.

Which camera do you use? And why do you prefer analog cameras than digital?

I used Leica M3. Hmmmmmm. Actually it because from the begining i was used analog camera then fallen in loved with the result and also felt so greatful because i could met so many good peoples and they’re became my friend.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Satu hal yang selalu Anda ingat selama mengerjakan proyek fotografi?

Konsistensi. Begitu banyak orang mengatakan yang paling penting hanya lakukan saja. Tetapi bagi saya adalah konsistensi, tidak akan ada proyek foto jika Anda tidak pernah konsisten untuk mengerjakannya sampai selesai.

One thing you always remember while working on a photography project?

Consistency. So many people said about the most important is just do it. But for me consistency is, there is no project photo if you never consistent to work on it until it’s done.

 

Fotografer mana yang menginspirasi Anda?

Duane Michals, Vivian Maier, Isao Nishiyama, Hamada Hideaki.

Which photographers inspire you?

Duane Michals, Vivian Maier, Isao Nishiyama, Hamada Hideaki.

 

Buku favorit anda tentang fotografi?

Saya sangat suka Album: The Portraits of Duane Michals, Duane Michals.

Your favorite book about photography?
I really love Album : The Portraits of Duane Michals, Duane Michals
Bagaimana menurut Anda teknologi mengilhami kreativitas dalam fotografi?
Saat ini kita mudah menemukan informasi, referensi apa pun. Ada begitu banyak platform. Anda dapat dengan mudah menemukan referensi dari sebuah posting atau Anda mudah membagikan karya Anda. Tetapi kadang-kadang saya memiliki pemikiran tentang teknologi jaman sekarang yang membunuh kreativitas. Saya tidak mengerti mengapa begitu banyak orang berpikir lebih penting untuk membuat sesuatu yang disukai orang-orang karena tren daripada mengeksplorasi sesuatu yang berbeda.
How do you think technology inspires creativity in photography?

Nowadays we just easily find any information, any reference. There so many platform. You can easy found reference from a posting or you can easily share your work. But sometimes i have a thought about nowaday technology kills the creativity. I don’t why so many people think it more important to make something people would likes because it on trending than explore something difference.

Pencapaian apa yang telah Anda dapatkan selama karier Anda dalam fotografi?
Saya tidak punya prestasi dalam fotografi. Tapi apa yang saya tahu dari ini saya bertemu banyak orang luar biasa, orang baik, dan saya merasa senang sekaligus berterima kasih. Selain itu sekarang saya punya buku.
What achievements have you gained during your career in photography ?

I dont have any achievement on photography. But what i know from this i met so many amazing peoples, good people, and i feel glad also greatful. Also now I have a book.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Bolehkah ceritakan tentang buku anda? dan latar belakang di cerita dibalik buku itu dan kenapa berjudul Moksa?

Moksa dibuat dari koleksi foto-foto lama saya, saya juga tidak menyangka bahwa koleksi foto ini akhirnya menjadi sebuah buku. Ada lokakarya yang diadakan oleh Bandung Photography Month dengan tema menyusun proyek dan cara membuat buku. Saya tertarik dan menghadiri lokakarya tersebut sampai selesai.

Saya mengambil judul moksa setelah membaca banyak buku dan kamus untuk mewakili ide dari koleksi foto saya. Proyek ini menceritakan tentang transisi saya ketika saya menahan perasaan marah, sedih, balas dendam, dan kecewa. sampai akhirnya saya menemukan bahwa semua itu tidak berguna. Mengapa terus menahan sesuatu untuk yang justru menyakiti kita. Dan hal terbaik dari semua ini adalah melepaskan semua itu. Lupakan orang-orang itu. Karena hukuman paling berat di dunia adalah dilupakan.

Saya tidak mengatakan bahwa moksa dalam buku saya seperti apa yang terjadi di Moksa asli. Saya mencoba membuat makna moksa baru dan itu bisa terjadi pada setiap orang dan berbagai bentuk. Ini adalah moksa yang saya alami dalam melepaskan masa lalu saya dan berfokus pada orang-orang di sekitar saya. Tapi mungkin orang lain akan berbeda. Setiap foto yang saya gunakan mewakili emosi saya saat itu.

Can you tell me about your book? and the story behind the book and why is it called Moksa?

Moksa was made from a collection of my old photographs, I also did not expected that this collection of photographs ended up being a book. There’s a workshop held by Bandung Photography Month with the theme of compiling projects and how to make a book. I got interested and attended the workshop until it was finished.

I took the title moksa after reading a lot of books and dictionaries to represent ideas from my collection of photographs. This project tells about my transition when i hold on into my feelings of anger, sadness, revenge, and disappointed. until finally I found that all of that was useless. Why keep holding back on things to something hurt us. And the best thing all of this is to let go of all that. Forget those people. Because the most severe punishment in the world is being forgotten. 

I’m not said that moksa in my book like what happened in real Moksa. I try to make a new meaning of moksa and that can happen in every person and different forms. This is the moksa that I experienced in releasing my past and focusing on the people around me. But maybe other people will be different. Every photo that I use represents my emotions at that time.

 

Tips untuk fotografer di luar sana?

Nikmati dengan prosesnya. Belajar satu per satu. Setelah Anda menemukannya, Anda tidak akan pernah mau berhenti.

Tips for photographers out there?
Enjoy with the process. Learn one by one. Once you found it, you’ll never want to stop.
Fresilia Vebriani

Fresilia Vebriani

Instagram : @unclearviews

© Galih Rudianto
Artikel, Interview, Sharing,

Galih Rudianto : Realita Kamera Analog Di Era Digital

Halo mang Galih, gimana kabarnya nih mang? dan bagaimanakah kabar Bandung dan dunia fotografinya mang?

Halo mas, baik alhamdulillah kabar keluarga dan teman-teman di Semarang baik kan?

hmm… Kalau dunia fotografi di bandung berjalan seperti biasanya, beautyshot masih banyak di gandrungi, street fotografi masih berjalan seperti biasanya.

 

© Galih Rudianto


© Galih Rudianto

 

Alhamdulillah saya dan Semarang baik mas hehe, Ngomong-ngomong masih sering motret mang?

Syukur kalau tetap pada keren mas. hehe

Kalau sering sih lagi turun-naik mood nya mas, soalnya kalau motret lagi tidak mood, tetap memaksakan jalan, suka berantakan, apalagi saya motret pake film malah jadinya buang-buang frame, jadi kalau saya di tanya, “masih sering motret?” mungkin jawabnya tergantung mood saya.

Bisa aja nih mang Galih haha, Sudah berapa lama mang Galih motret pake kamera analog/ film mang ?

Jam terbang yak wkwkw, klo motret sih dari jaman sekolah dulu cuman kalau lebih spesifik main film, kalau ga salahdari bulan september 2014.

Berarti sebelumnya pernah memakai kamera digital ya mang? gimana critanya sih mang kok tertarik dengan kamera film?

Iyaps, dulu pakainya digital D5100+50mm, kalau photowalk motret-nya banyak sampe dirumah capek sendiri kurasi file. hahaha
Belum edit belum sizing file di PC, semakin banyak akhirnya curhat nih sama senior fotografer di bandung, dia langsung memberi saran
“kalau kamu memang malas dasarnya, tapi tetap ingin motret, coba pake film, disitu kamu bisa tanggung jawab apa yg sudah kamu potret.”
Nah, dari situ perasaan ingin tahu tentang kamera film dan film nya mulai muncul, mulailah saya berburu kamera2 tua di loakan dengan cuman modal kepo. hehehe

 

© Galih Rudianto


© Galih Rudianto

 

Hal pertama yang mang galih rasakan apa, ketika awal transisi dari kamera digital ke kamera film? dan kalo boleh tahu kamera film pertama mang galih apa mang ?

Hal pertama yang saya rasakan saat transisi pasti adalah ingin cepat-cepat lihat hasil dari foto yg saya ambil dengan kamera film . Lucunya saat itu saya cuma pakai kamera Yashica GSN yang auto-nya mati otomatis speed shutter cuma 1/60 saja. Alhasil under exposure semua. hahaha

Roll film yang mang galih gunain pertama kali apa mang?

Kalau roll yang putus dan kebakar dihitung tidak? hahahaa.
Sebenernya roll pertama itu pakai Kodak Color Plus 200 tapi ditengah proses karena terlalu excited jadi putus. hahaha

Roll kedua pakai KCP juga dan pertama motret bareng fotoemperan waktu itu.

 

Nah, untuk developing film di era sekarang ini kesulitan tidak mang?

Develop film mungkin buat saya yang tinggal di Bandung, masih dibilang aman dan gampang. Tapi buat teman-teman yang lain yang pakai kamera film di luar kota yang pada dasarnya memang tidak ada lab di kotanya mungkin harus mempertimbangkan biaya cuci scan film.

Mungkin klo cuci BW bisa belajar, asal ada alat yang dipergunakan untuk proses film.
Untuk yang color soalnya tidak bisa di cuci sendiri dengan alat yg biasa di pakai buat cuci black and white.

 

© Galih Rudianto

 

Kenapa alat cuci black and white tidak bisa digunakan untuk mencuci color? Berarti cuci color black and white lebih simpel ya mang? Dan kalau boleh tahu, mang galih harus merogoh kocek berapa untuk develop satu roll film di lab?

Kenapa tidak bisa cuci color dengan alat rumahan, karena film warna suhunya harus sesuai dan ketika proses developing suhu harus stabil maka harus pakai mesin yang bisa membuat suhu tetap stabil.

Yap cuci black and white adalah yang paling wajib dipelajari kalau mau main fotografi dengan kamera film.

Sekarang rata-rata sama mau color atau black and white biaya buat cuci scan disekitar Rp. 50.000-an.
Untuk film ukuran 35mm kalau 120mm paling tambah Rp. 10.000 dari harga diatas.

Wah lumayan juga ya mang, dengan proses yang panjang dan kocek yang lumayan apa yang mang galih pertama rasakan mang?

Iya juga ya,hahaha. Mungkin hal dasar dari semua yg sudah saya lakukan, motret pake film adalah kepuasan batin saja mungkin mas, dan rasa tanggung jawab apa yang sudah saya take frame. Mau hasilnya under, over, shake, blur, missed, atau komposisi yang jelek sekalipun itu yang saya dapatkan. Face it, you cannot photograph!.
Dan d roll kedepannya harus lebih baik lagi biar tidak terbuang sia-sia uang yang sudah kita gunakan untuk membeli roll film.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Selama ini berarti dengan kamera film mang galih hanya untuk sekedar hobi ya mang, pernah tidak kefikiran ke ranah komersil? Possible tidak menurut mang galih dengan kamera film ke ranah itu?

Yap, saya motret cuma buat hobi saja mas. dan tidak ada niatan buat  sesuatu yang komersil dari kamera film saya.

Dan kalau possible, itu possible sekali kamera film dibawa ke ranah komersil. Ada kok teman yang motret komersil pakai kamera film. Kebanyakan prewed sama beauty shot, cuma kalau buat dokumentasi masih jarang pake film.

Jika kami perhatikan peminat kamera film dewasa ini malah semakin meningkat ya mang, terlihat dari komunitas-komintas kamera analog yang semakin banyak, bagaimana pendapat mang galih tentang itu?

Rame sih, beberapa bulan ke belakang penjualan film dan kamera nya meningkat drastis, dilihat dari segi harga per kamera yang di jual semakin kesini semakin mahal (demand-nya tinggi) dan karena kamera analog termasuk barang collectible jadi ga ada harga pasarannya,
“Mau ya beli, ga mampu yowis!”

Tapi masih banyak yang pakai kamera film dan tidak dibarengi sama knowledge tentang kamera film tersebut. Alih-alih cuma ikut tren dan akhirnya banyak keluhan-keluhan dari mereka.

Bicara masalah knowloedge , hal-hal apa saja yang wajib diketahui bagi pengguna kamera film/ analog mang?

Masalah dasar sekali sebenarnya ini, yaitu segitiga exposure kalau itu dikuasai pasti mau pake kamera apapun joss!.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Secara teknis penggunaan segitiga exposure di kamera analog perbedaan yang paling tampak mencolok dimana mang selain memang di analog serba manual?

Light metering yg paling jadi pembahasan utama kalau ada diskusi tentang film photography.
Karena kebanyakan kamera film manual itu sudah tua umurnya, maka terkadang jadi kurang sensitif terhadap perhitungan cahaya yang masuk ke lensa atau metering di kamera, maka ada kalanya kita harus pandai memanfaatkan alat yang lain (misal aplikasi light meter di HP atau light meter itu sendiri).

Kurang effisienya light metering tersebut apa itu tidak mengganggu kenyamanan mang galih dalam hunting foto mang ?

Kalau saya pribadi ya itu tadi ngakalin-nya pake app di HP sebelum motret. Light metering diusahakan dapet 18% grey, motret deh! Hahaha

Kalau masuk shadow tinggal kurangin speed atau diafragma kalau highlight berlimpah, vice aversa!

Tapi dulu pakai kamera yang kebetulan light meter-nya sedikit akurat jadi sedikit hafal kondisi cahaya kalau pake film tertentu.“Bisa karena terbiasa!.”

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Maksud dapat 18% grey itu seperti apa, sedikit diperjelas mang ?

Kurang lebih middle gray untuk mencari correct exposure suatu scene supaya shadow tetap ada highlight tidak clipping, begitu kira-kira. Kalau mau lebih jelas bisa googling tentang greycard.

Kemudian kita berlanjut ke roll film mang ,apakah yang perlu diperhatikan ketika memilih atau mau memakai roll film mang?

Hmm… apa ya, ekonomis kali hahaha. Supaya banyak motret-nya dan tidak ada perasaan guilty kalau frame gagal.

Mungkin bisa saja kalau mau ngejar toning film A ya harus pakai film A.
Kalau buat black and white  lebih ke karakter emulsi-nya, kalau milih film ada yang fine grain ada yang grainy parah tergantung selera sihh!.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Masalah penyimpanan roll film nih mang, hal-hal apa saja yang perlu di perhatikan?

Suhu sihh!. Cukup di suhu yang stabil kalau mau disimpen di kamar, jangan kepanasan dan jangan lembab.
Kalau untuk pemakaian jangka panjang taruh di kulkas di fruit/vegie container saja cukup.

Baik mang galih, untuk ketahanan maximal sampai berapa lama sih mang ketahanan dari roll film jika kita menggunakan prosedur penyimpanan seperti yang mang galih sampaikan ?

Kalau ketahanan film biasanya ada tanggal expired-nya di film yang kita simpan, kalu sudah expired meskipun film nya kita simpan sesuai prosedur, ya jadi jelek juga emulsi-nya.

Dari seluruh roll film yang mang galih hasilkan planing mang galih apa mang kedepanya?

Wooow pertanyaanya makin sulit. Framing yg sudah ada dan film yang sudah di develop mau diapakan yaah! Hahaha.
Jujur saja saya motret masih belajar dan sekedar hobi, ya mungkin dikumpulkan saja mas. Dan lihat progres saya belajar motret dari roll ke roll. (bukan rock and roll ya!) hahahha

Soalnya gimana ya, motret masih merasa kurang.
Ada hasil-hasil printing yang dipajang di rumah dan saling tukar print sama teman-teman yg lain biasanya.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Kamera digital semakin hari semakin canggih mang, pernah tisak terfikir untuk kembali ke kamera digital lagi? Atau mang galih ingin tetap bertahan berkarya dengan kamera film ?

Mungkin kalau untuk kerja, pasti butuh teknologi terbaru. Supaya bisa mempercepat proses kerja kita jadi lebih efisien.

Tapi kalau untuk hobi. Saya mungkin bertahan di film saja. Soalnya selain saya suka barang-barang vintage, Saya juga sekarang ini belum membutuhkan kamera digital kali yah! Hahaha.
Mungkin someday kalau film sudah susah didapatkan pasti pindah ke sensor digital.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Baik mang galih, berarti intinya mang galih memilih kamera film bukan karena trend tapi memang suka dan passion-nya disitu ya mang, sekarang mungkin ada gak nih pesan-pesan buat para pengguna kamera film/analog atau yang mungkin mau nyoba berpindah ke kamera film mang galih ?

Hmm…!, Tidak menutup kemungkinan besok saya jadi pakai digital lagi tapi buat sekarang stick to film, karena masih panjang proses belajarnya, hahaha.

Pesan-pesan ya?. Waduh da saya teh siapa atuh dimintain pesan segala da masih anak bawang yang belajar motret. Hahaha.
Ya, mungkin film atau digital sama saja, semuanya cuma media saja, yang terpenting handling dari alat yg kita punya maksimalkan.

Kalau mau sekedar coba-coba dulu lebih baik pinjam dulu dengan yang punya kamera film.
Hal yang harus dipertimbangkan banyak soalnya, Jadi dari pada mengeluarkan modal untuk beli kamera mending pinjam dulu saja, dan coba rasakan kalau memang disitu passion-nya, go for it!.

 

© Galih Rudianto

Galih Rudianto

Instagram : @ssendaljepitt

 

 

© Fahmy Afryan
Artikel, Interview, Street photography,

Photographer Interview : Fahmy Afryan

Silahkan perkenalkan diri anda?
Assalammualaikum, halo perkenalkan nama saya Fahmy Hifny Afryan biasa dipanggil fahmy/efrik (Panggilan sejak kecil ), saya tinggal di  Bawen, Kabupaten Semarang.
Sejak kapan anda mulai mengenal dunia fotografi? dan sudah berapa lama anda menggeluti dunia fotografi ?
Saya suka dengan dunia fotografi semenjak duduk di bangku SMP, cuman dulu masih sebatas suka  saja. Sebatas melihat orang motret saja dan menikmati hasil foto teman, belum benar-benar tau secara rinci apa itu fotografi. Mulai duduk di bangku SMA baru mencoba-coba motret itupun masih menggunakan kamera film.
Kalau tidak salah waktu itu menggunakan kamera fujifilm entah lupa tipenya, cuman sampai sekarang masih ada barangnya, Ketika beranjak ke jenjang perkuliahaan, barulah saya belajar betul apa itu fotografi dari salah seorang teman, itupun masih dasar dan saya belajar sendiri secara otodidak. Memasuki semester akhir mulai memahami sedikit-sedikit apa itu fotografi dan Saya masih merasa perlu banyak belajar tentang pemahaman-pemahaman di dunia fotografi.

© Fahmy Afryan

Kenapa memilih fotografi jalanan dan kenapa fotografi jalanan spesial bagi anda dan sejak kapan menggeluti fotografi jalanan?
Awalnya saya belum tahu apa itu fotografi jalanan, masih suka memotret model (meskipun teman sendiri), dokumenter, dan landscape, meskipun dengan kamera hasil meminjam hahaha.
Awal tahun 2016 baru dikenalkan oleh dua orang teman tentang foto jalanan, istilahnya Street Photography / foto jalanan.
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

Kami perhatikan karya-karya anda lebih banyak mengandalkan decisive moment atau moment puncak, Kenapa ?  
Alasan kenapa foto saya mengandalkan Decisive Moment, karena bagi saya hal itu adalah komposisi yang mudah untuk dipahami dalam konsep awal belajar tentang Street Photography, jadi masih mengandalkan foto yang apik, menarik, dan dapat dinikmati orang banyak. Namun setelah berada dititik jenuh dengan karya seperti itu akhirnya sekarang saya mencoba untuk belajar lagi lebih dalam, apa itu Fotografi Jalanan. Apa yang seharusnya diangkat dari jalanan itu sendiri, serta bagaimana bisa membawa emosi kedalam foto yang saya ciptakan, sehingga bisa dijadikan kenangan bagi diri sendiri dan menjadi memory tersendiri bagi orang lain.
Sehiingga, untuk saat ini saya berusaha untuk banyak belajar dan mencoba mengekspresikan tatanan public didaerah saya dengan pendekatan dan sudut pandang saya pribadi.
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

Siapa fotografer yang menginspirasi karya-karya anda ?
Banyak, contohnya Fotografer Magnum. Mereka sangat cocok untuk dijadikan referensi dalam proses belajar.
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

Apa buku foto favorit anda?
Banyak juga, namun sekarang saya lebih tertarik dengan buku foto karya Norris Webb serta Trent Parke. bagi saya karya meraka menarik untuk dipadukan.
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

 

Prestasi apa saja yang sudah anda raih selama menggeluti dunia fotografi?
Bicara tentang prestasi, banyak foto-foto saya yang dipublikasikan di berbagai akun Fotografi Jalanan akun-akun media sosial dan Alhamdulillah tahun 2016 menjadi juara 2 pada event JSPI (Jambore Street Photography Indonesia) serta tahun 2017 meraih Gold Medal pada event Salon Foto Indonesia (SFI).
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

 

Bagaimana menurut anda perkembangan fotografi di Indonesia khusunya fotografi jalanan? 
Fotografi jalanan di Indonesia semakin berkembang dan semakin diterima oleh masyarakat dan sampai saat ini penggiat fotografi jalanan di Indonesia semakin kesini semakin banyak. Lanjutkan !!
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

Adakah beberapa patah kata untuk penggiat fotografi jalanan di indonesia? dan apa harapan anda untuk seni fotografi di Indonesia khusunya fotografi jalanan?
Teruslah belajar dan berkembang serta tampilkan identitas Indonesia dalam foto jalannamu, tunjukkan kalau Street Photography di Indonesia tidak kalah menarik dengan Street Photography diluar negeri.
Children by Dewangga
Artikel, Interview, Street photography,

Photographer Interview : Dewangga

Silahkan perkenalkan diri anda?

Terimakasih atas kesempatannya. Sebelumnya perkenalkan nama saya Dewangga Ewang Jasa Rahardian, saya bekerja di rumah makan Jepang milik kakak saya di Yogyakarta.

Sejak kapan anda mulai mengenal dunia fotografi? dan sudah berapa lama anda menggeluti dunia fotografi ?

Saya mengenal fotografi sejak tahun 2015 akhir, namun mulai serius mendalaminya mulai 2016. Sudah 3 tahun saya menggeluti hobi saya ini.

© Dewangga

© Dewangga

 

Kenapa memilih fotografi jalanan dan kenapa fotografi jalanan spesial bagi anda dan sejak kapan menggeluti fotografi jalanan?

Hmm… Pada awalnya saya cuma iseng-iseng mencoba dan hanya ikut-ikutan teman, namun lama-lama saya ketagihan mendalami fotografi jalanan karena pada dasarnya saya memang suka mengamati dinamika dan kegiatan orang-orang di ruang publik, sehingga hal itu membuat saya lebih peka menangkap fenomena di jalanan untuk dijadikan saksi dan bukti perkembangan kota tempat saya tinggal, yaitu Yogyakarta. Saya mendalami fotografi jalanan sejak pertengahan 2016. Pokoknya, fotografi jalanan itu asyik broh!.

Kami perhatikan karya-karya anda lebih banyak mengandalkan decisive moment atau moment puncak, bagaimana menurut anda ?  

Menurut saya, memang moment puncak atau decisive moment itu seperti kita memakan sebuah bakso yang berisi cabai, tidak selalu terlihat enak dan mulus namun ada kejutan saat kita nikmati.
© Dewangga

© Dewangga

 

Kami lihat anda juga membuat akun lain selain akun instagram utama anda @aggnawed, dan disitu kami dapati foto-foto selain fotografi jalanan, apakah anda sedang observasi atau sedang ada hal lain yang membuat anda ingin mencoba jenis fotografi lain? 
Saya memang memiliki beberapa akun lain, ada yang untuk mengikuti beberapa kontes foto di Instagram hingga ada akun yang akan saya siapkan untuk beberapa projek saya, karena saya ingin lebih mengembangkan fotografi saya.
Siapa fotografer yang menginspirasi karya-karya anda ?
Hingga saat ini karya-karya dari Tavepoong, Vneet Vohra, Chris Tuarissa, dan om Sambara, selalu membuat saya merinding, namun kalau untuk inspirasi, saya bisa mendapatkannya dari mana saja termasuk dari karya teman-teman semua.

 

© Dewangga

© Dewangga

 

Apa buku foto favorit anda?
Buku foto favorit saya “Unpublished” dari Kompas. Dan beberapa buku foto dari jurnalis Antara.
Prestasi apa saja yang sudah anda raih selama menggeluti dunia fotografi?
Prestasi saya yang paling berkesan saat mendapat medali dari kontes bulanan Hipa yang saat itu bertema “Children”, dan ada beberapa kontes foto lokal yang pernah saya menangkan.

 

© Dewangga

© Dewangga

 

Bagaimana menurut anda perkembangan fotografi di Indonesia khusunya fotografi jalanan?
Fotografi jalanan Indonesia bisa dibilang berkembang sangat pesat, hal itu dapat dilihat dari perbandingan jumlah fotografer jalanan yang saat ini semakin bertambah banyak dibandingkan awal-awal ketika saya belajar fotografi dahulu.
© Dewangga

© Dewangga

 

 

 

Adakah beberapa patah kata untuk penggiat fotografi jalanan di indonesia? dan apa harapan anda untuk seni fotografi di Indonesia khusunya fotografi jalanan?
Pesan saya, jangan cepat bosan dengan fotografi jalanan. Karena beda waktu, selalu beda moment di ruang publik, dan belajarlah untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Jangan hanya demi sebuah foto yang bagus dan indah kita sampai melupakan norma kesopanan, dan teruslah belajar, jangan terlalu mudah puas dengan karya yang penuh pujian, karena pujian adalah racun yg menghambat jika kita terlalu terlena dan tidak menjadikanya sebagai motivasi untuk berkembang.
Harapan saya fotografer Jalanan di Indonesia terus berkembang hingga masuk beberapa ajang bergengsi seperti Miami Street Photography Festival, dan saya harap banyak fotografer jalanan Indonesia bisa bmembuat pameran atau workshop di luar negeri.
© Dewangga

© Dewangga

instagram : @aggnawed

© Baskara Puraga
Artikel, Interview, Street photography,

Street Photographer Interview : Baskara Puraga

Sebelumnya silahkan perkenalkan diri anda ?

Perkenalkan nama saya baskara Puraga Somantri, biasa dipanggil Aga. Sehari-hari saya bekerja sebagai Sound Engineer. Dan fotografi biasanya menjadi pengisi waktu disaat luang meskipun kadang-kadang kebablasan juga dengan yang namnya fotografi ini.

Sejak Kapan anda mendalami fotografi?

Saya memiliki kamera pertama di sekitar tahun 2008-2009, tepatnya saya kurang ingat, yang jelas waktu itu diberi oleh kakak saya, DSLR Nikon D90. Namun mulai mendalami fotografi tahun 2012 semenjak menemukan analog bekas Bapak saya di rumah

© Baskara Puraga

© Baskara Puraga

 

Jika kami lihat karya-karya anda lebih ke street photography, bisakah memberikan sedikit argument tentang karya-karya anda?

Saya kurang paham juga jika dikategorikan, memang kebanyakan foto saya lakukan di jalanan dan di ruang publik, meski sesekali memotret di ruang privat. Medium fotografi untuk saya pribadi sangat cocok untuk menggali “diri” lebih jauh, mencari jawaban-jawaban dari banyak pertanyaan yang ada di kepala saya, dan bagaimana menyampaikannya ke publik yang lebih luas.

Siapa fotografer yang sangat menginspirasi karya-karya anda ?

Daido Moriyama, Nobuyoshi Araki, Klavdij Sluban, Arthur Bondar, Mario Giacomelli, Sergio Larrain, dan masih banyak lagi hahahaha…

© Baskara Puraga

© Baskara Puraga

Selain aktif mengunggah karya-karya anda di media sosial anda juga produktif membuat photozine , apa sebenarnya  photozine itu?
Photozine menurut saya adalah versi “ringkas” jika dibandingkan dengan photobook. Photozine adalah salah satu penyaluran hasrat berkarya saya dan beberapa teman lainya untuk membuat sesuatu yang sifatnya fisik, Karena selalu ada perasaan berbeda saat menikmati karya dalam bentuk fisik.
Berapa photozine yang sudah anda buat, dan bisakah sebutkan judul dan sedikit sinopsis dari karya-karya tersebut?

Pseudo mind, A Momentary Lapse of (t) Reason, When The Sun Don’t Shine, dan Avaritia. Cukup panjang jika dibahas satu-satu, yang jelas kesamaan dari karya ini biasanya berupa kegelisahan pribadi akan pertanyaan-pertanyaan yang terus berkecamuk di kepala saya sendiri, rasa sepi dan rindu, dan bagaimana saya sebagai “pengamat” dalam hiruk pikuk dunia perkotaan dan kesehariannya.

© Baskara Puraga

© Baskara Puraga

Yang kami ketahui anda adalah member dari fotoemperan, bisakah ceritakan apa fotoemperan itu dan siapa founder dari fotoemperan ?

Fotoemperan adlah group kolektif fotografer, yang sampai saat ini masih sering berkumpul dan ngopi bareng. Kita belajar, Saling mengisi, dan tumbuh bersama sambil terus melakukan eksperimen, pembelajaran, pameran, dan hal lainya.

Apa visi dan misi kedepanya dari fotoemperan?

 

Fotoemperan ingin terus hadir di dunia fotografi, khusunya di indonesia untuk terus berkarya, bersilaturahmi, dan saling belajar dari teman-teman lainya yang juga menggunakan fotografi sebagai medium-nya.

Dan untuk founder nya yang jelas tidak satu, beberapa diantaranya adalah Tomi Saputra, Agung Rahmat Umbara, Ariq Rahadian, Arifan Sudaryanto, dll.

Menurut anda kriteria foto street yang bagus itu yang bagaimana?

Pertanyanya susah menjawabnya, yang jelas saya menyukai semua foto apapun yang memiliki kedalaman makna dan menimbulkan pertanyaan setelah melihatnya.

© Baskara Puraga

© Baskara Puraga

Selama anda mendalami fotografi, apa saja prestasi dan penghargaan yang sudah pernah anda dapatkan?
Saya kurang aktif dalam mencari penghargaan tampaknya hahaha, paling beberapa kali melakukan pameran, dan pernah juga karyanya di pamerkan di Vietnam, Malaysia, dan Jakarta. Selebihnya saya lebih tertarik belajar, Saya pernah mengikuti workshop yang di adakan Pannafoto institute dan Workshop fotografi bersama Klavdij Sluban.
Adakah beberapa tips untuk teman-teman yang mungkin mau atau sedang mendalami street photography khususnya di indonesia?
Selalu perhatikan detail, cobalah memotret layaknya anak kecil yang diberi kamera, tidak usah terlalu dipikirkan ingin membuat foto seperti apa, lebih mengalir dan jujur saja
 Instagram: @agareds – www.baskarapuraga.com 
 
expressionism_agandayat_9
Artikel, expressionism photography, Interview, Street photography,

Expressionism Photographer Interview : Agan Dayat

Muhammad Hidayat atau sering di panggil agan dayat adalah fotografer kelahiran Manado Sulawesi Utara. Beliau adalah salah satu fotografer fine art dan expressionism fotografi disamping street photography. Karya-karya nya juga sudah banyak di akui secara international diantaranya World street photograpy, kujaja dan street hunter. Beliau adalah ketua sekaligus pelopor komunitas Atjeh Street Project.

Silahkan perkenalkan diri mas dayat ?

Hai, Saya Hidayat tapi lebih sering di panggil dengan sebutan Agan, kalau mau dipikir tidak ada hubungannya dengan nama saya sendiri, tetapi yaa biarkan sajalah. Saya lahir 2 Januari 1982 di Manado Sulawesi Utara tetapi lebih banyak menghabiskan waktu di Makassar dan Jakarta dan sekarang saya berdomisili di Banda Aceh dan bekerja sebagai staf di bangian Keuangan pada salah satu Instansi Pemerintahan. Memiliki seorang Putri yang cantik yang sekarang berusia 2,5 tahun hehehe.

Sejak kapan mas dayat mulai mendalami fotografi?

Mengetahui fotografi kalau tidak salah sejak tahun 2009 saya sudah memiliki ketertarikan di bidang fotografi  tetapi baru sekedar merasa tertarik dan sesekali meminjam kamera teman untuk mencobanya karena pada saat itu kamera Digital merupakan barang yang sangat mahal buat saya. Pada awal tahun 2015 saya mulai bisa dikatakan serius dan memiliki minat yang tinggi terhadap fotografi dan mulai mendalami apa itu Seni Fotografi dan sangat tertarik dengan fine art dan expressionism fotografi.

Expressionism Photography © Agan Dayat

 

Disamping mendalami fine art dan expressionism fotografi mas dayat juga mendalami street fotografi ya mas , menurut mas dayat street fotografi itu apa sih mas ?

Kalo boleh jujur saya mulai menyukai street fotografi baru belakangan ini, dan hingga saat ini cukup tertarik dengan street photography bisa dikatakan seperti itu.  Karena buat saya street photography merupakan sebuah tantangan dan kejujuran serta apa adanya, kalau saya katakan street photography itu tidak mahal (tidak memerlukan peralatan yang mahal) dalam hal ini menggunakan kamera smartphone pun bisa menghasilkan foto yang bagus, tetapi bukan juga murahan. Nah disinilah saya melihat bahwa street photography sangat menarik, dimana kita bisa mendapatkan sebuah foto yang menarik dengan kecepatan serta spontanitas. Kalau menurut saya secara pribadi street photography itu melatih saya untuk lebih jelih, lebih pekah dengan keadaan dan lebih pinter dalam melihat situasi dan menjadikannya dalam sebuah foto.

Siapa fotografer yang sangat menginspirasi karya-karya mas dayat ?

Saya merupakan salah satu orang yang baru mendalami fotografi dan bisa dikatakan sangat minim dengan referensi fotografer. Bahkan sejak memulai serius dengan fotografi baru di tahun kedua saya mulai mengetahui ada beberapa fotografer yang akhirnya menginspirasi saya hingga saat ini. Saya suka dengan Antoine D’Agata beliau merupakan salah satu fotografer yang kontroversial tetapi karya-karya beliau kuat dan sangat menginpirasi saya, beberapa pemaknaan dan pandangan beliau terhadap fotografi sangat saya sukai. Jacob Aue Sobol juga merupakan fotografer inspirasi buat saya, sejak pertama saya melihat beberapa karya-karyanya yang emosional dan memiliki karakter yang kuat serta BW yang pekat seperti ada koneksi dengan saya karena saya juga tertarik dengan foto-foto seperti beliau. Beberapa fotografer seperti  Trent parke, Michael Akerman, Rinko Kawauchi, Shorab Hura, Stavros Stamatiou, Nan Golding, Roger Ballen, Daido moriyama, Nobuyoshi Araki saya sering menghabiskan beberapa waktu khusus untuk melihat foto-foto mereka dan membaca profil serta mencatat beberapa pandangan mereka tentang fotografi dan pemaknaan mereka terhadap foto. Tidak bisa dipungkiri juga teman-teman Fotoemperan teman ISP juga banyak memberi dampak terhadap perjalanan saya mengenal dan mendalami fotografi. Om chris Tuarissa dan om Sam lah yang membuat saya mengetahui pendekatan street photography itu seperti apa heheh. Mas Aji susanto Anom juga merupakan salah satu fotografi panutan saya, dan bisa dikatakan beberapa karya-karya beliau sangat mempengaruhi saya, hemnn…  sepertinya sangat banyak dan masih sangat banyak hahahha.

Apa sih perbedaan dari street photography dan expressionism atau personal photography mas?

Hemn.. Buat saya ini pertanyaan yang sederhana tapi merupakan pertanyaan yang sangat sulit buat saya, semoga saya bisa menjawab.

Berbicara perbedaan antara street photography dengan personal photography menurut saya perbedaannya lebih kepada pendekatannya. Kalau street photography seperti yang sudah saya jawab di pertanyaan sebelumnya. Menurut saya berbicara tentang personal photography berarti penekanannya dan penyampaiannya lebih bersifat sangat pribadi karena berbicara personal, visual yang ditampilkan atau disampaikan juga lebih subjektif dan bersifat personal,  kita bisa menceritakan tentang apa saja baik itu pengalaman secara pribadi, kehidupan sehari-hari dan lain sebagainya. Dalam personal photography tidak menutup kemungkinan untuk melakukannya secara konseptual dan ini pastinya bertolak belakang dengan street photography yang tidak boleh di konsep atau diarahkan. Street photography juga terkadang bisa sangat subjektif, karena apakah ada bener-benar foto yang objektif ? itu tergantung dari penikmat foto yang dapat melihatnya. Karena setiap foto pasti memiliki emosi baik itu foto yang bagus dan tidak bagus menurut penikmat foto yang menikmatinya dan semua memiliki emosi yang lahir dari si pemotret. Disini saya mengambil contoh dari diri saya sendiri dan pengalaman saya sendiri atau pemikiran saya sendiri. Buat saya street photograpy melatih saya untuk lebih pekah terhadap keadaan pada saat berada diruang publik, melatih kejelian dan kepinteran dalam merekam sebuah kejadian yang ada, Tetapi buat saya mengerjakan personal photography atau personal project lebih dari dari itu sangat melibatkan perasaan, melibatkan emosi yang dalam bahkan berimajinasi. Semoga bisa menjawab.

Dari informasi yang kami dapatkan mas dayat ketua sekaligus pelopor dari atjeh street project ya mas jika berkenan boleh mas sedikit ceritakan apa itu aceh street project mas?

ASP atau Atjeh street project merupakan sebuah komunitas yang berfokus pada street photography dan lebih menjadi wadah dan informasi terkait street photography khususnya di Daerah Aceh dimana saya berada saat ini. Karena di Aceh sendiri ada banyak komunitas fotografi tetapi ASP mungkin bisa dikatakan komunitas atau wadah yang pertama yang berfokus pada street photography.

Apa visi dan misi dari atjeh street project mas,dan mungkin bisa di ceritakan sedikit kisah yang melatar belakangi terbentuknya atjech street mas?

Seperti yang saya katakana tadi, di Aceh sendiri sangat banyak komunitas fotografi, tetapi belum benar-benar ada satu kamunitas atau perkumpulan yang berfokus pada street photography, dengan pengamatan ini maka ASP lahir dan hadir untuk memperkenalkan pendekatan street photography dan menjadi wadah Informasi tentang Street Photrography. Bagaimana ASP bisa memperkenalkan Aceh melalui pendekatan Street Photography.

Bagaimana menurut mas dayat perkembangan street photography di indonesia mas ?

Untuk Pertanyaan ini sepertinya saya belum berani untuk memberikan Jawaban. Hahahhaha. Yang pasti yang saya tau dan lihat sangat berkembang, ya itu saja !

Menurut mas dayat kriteria foto street atau personal fotografi yang bagus itu yang bagaimana mas?

Kemarin saya baru berbincang-bincang dengan Mas Aga (Baskara Puraga @agareds ) dan beliau memberikan sebuah pertanyaan yang membuat saya kembali berfikir, kira kira seperti ini “menurut Om Agan mana foto bagus dan mana foto jujur “ ? jadi menurut saya foto yang bagus itu ya foto yang jujur, Apalagi berbicara personal fotografi ya foto-foto yang bisa menyampaikan kejujuran dan tidak banyak berfikirnya dan bisa mengetahui diri kita dalam foto tersebut. satu lagi perkataan Beliau bedakan antara bagaimana membuat sebuah foto dan mengambil sebuah foto. Nah, kalo ditanya kriteria setiap orang punya kriteria masing-masing baik itu street photo ataupun personal photo

Selama mas dayat mendalami fotografi, apa saja prestasi dan penghargaan yang sudah pernah mas dayat dapat kan mas ?

Kalo penghargaan dan prestasi siy bisa dikatakan belum ada, hanya beberapa nominasi dari beberapa situs seperti World street photograpy, kujaja dan street hunter.

Adakah beberapa tips untuk teman-teman yang mungkin mau atau sedang mendalami street photography khususnya di indonesia?

Bukan tips tetapi lebih kepada pengalaman, banyak melihat, banyak membaca dan banyak memotret. Satu lagi tetap memotret dalam keadaan apapun yang sedang kita alami atau rasakan, karena bisa saja foto terbaik kita lahir dari keadaan saat itu.

Street Photography © Agan Dayat

 

 

Website dan Medis Sosial

www.agandayat.com

www.instagram.com/agandayat

www.instagram.com/agan_dayat

www.facebook.com/agandayat

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Interview, Street photography,

Street Photographer Interview : Udatommo

Tomi Saputra atau akrab di panggil udatommo lahir di Lintau, provinsi Sumatera Barat pada 1 January 1990, pada masa kecilnya sangat berminat pada sastra, ketika memasuki Sekolah Menengah Atas mulai mengenal fotografi pada tahun 2005 seiring dengan populernya teknologi kamera VGA pada telepon seluler symbian saat itu. Mulai serius mempelajari fotografi ketika mengenyam pendidikan Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung pada tahun 2010.

Ia berhasil meraih penghargaan EyeEm Award 2016 / Finalist (Category : The Photojournalism) , karya yang terpilih pada event ini dipamerkan di Berlin, Jerman dan dibukukan pada buku tahunan event EyeEm Award 2016.

Sebelumnya silahkan perkenalkan diri uda, dan sedikit ceritakan tentang apa itu street photography dari sudut pandangan uda ?

Halo, perkenalkan nama saya Tomi Saputra lebih sering dipanggil Uda saja. Saat ini sedang menjadi desainer grafis untuk salah satu perusahaan swasta di kota Bandung dan sesekali juga mengambil jasa freelances fotografer maupun freelances desainer grafis.

Street photography menurut saya bagaikan puisi yang dirangkai dari kumpulan diksi di ruang publik, beragam cara penyampaiannya berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Mulai dari storytelling yang kuat mudah dimengerti, metafora yang mendalam bahkan syarat simbolis, atau foto-foto yang tidak bisa dimengerti dengan mudah, bahkan jika dilihat sepintas bagi sebagian orang ini hanyalah rangkaian kompisisi tanpa menyampaikan pesan tertentu.

Ini yang menjadi bagian menariknya menurut saya, setiap orang memiliki kebebasan merangkai diksi yang tepat sehingga menjadi kesatuan puisi yang sangat menarik untuk dinikmati. Bukan hanya tentang mendapatkan momen puncak, unik atau hal semacamnya. Menurut saya pandangan personal juga dibutuhkan sebagai modal dasar untuk mendapatkan hasil karya yang cukup berbeda. Sehingga beragam karya bermunculan dengan segala rupa kreativitasnya.

 © Udatommo

© Udatommo

Sejak kapan uda mulai mendalami fotografi ?

Saya menaruh minat besar pada fotografi mulai pada taun 2005/2006 ketika pertama kali melakukan pengambilan foto menggunakan kamera dari telepon seluler dengan teknologi kamera VGA, karena beberapa alasan kegiatan fotografi akhirnya terhenti. Kemudian pada tahun 2010 kebetulan mengeyam pendidikan Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Cinta lama yang bersemi kembali bersama fotografi kembali terpupuk seiring semakin bertambahnya ilmu yang didapat dari pendidikan di jurusan perkuliahan ini.

 © Udatommo

© Udatommo

Apakah uda hanya menggeluti street photography saja untuk saat ini? 

Untuk saat ini saya tidak terlalu mendisiplinkan diri pada suatu genre atau gaya pendekatan tertentu pada fotografi, karena dalam hemat saya ini bisa membatasi diri untuk menerima hal baru dan proses pembelajaran saya terhadap fotografi.

Bisakah sedikit ceritakan kenapa uda  tertarik dengan street photography ?

Jika alasan tertarik terhadap street photography karena ada tantangan yang tidak mudah, bagaimana bisa mendapatkan foto bagus tanpa adanya campur tangan untuk mengatur momen yang bakal mau difoto, semua terjadi sangat alami. Bercerita dengan spontan dari ruang publik dengan keterbatasan waktu pengambilan foto serta kompleksnya ruang lingkup kehidupan serta semua aspek yang ada.

 © Udatommo

© Udatommo

Siapakah street photographer yang menjadi inspirasi uda ?

Sangat banyak sekali yang menjadi inspirasi saya dalam berkarya, tidak cukup untuk dituliskan satu-persatu. Di awal belajar saya tertarik dengan karya-karya Henri Cartier-Bresson, tentunya beliau sangat mencuri perhatian banyak orang.

Alex Webb juga sempat menginspirasi saya dengan karakter layeringnya yang begitu kuat, perlu waktu lama bagi saya untuk bisa memahami dan belajar teknik ini.

© Udatommo

Vivian Maier juga saya suka, karyanya sangat kompleks serta latar belakang pekerjaan yang seakan jauh dari gambaran seorang seniman besar. Vivian Maier membuktikan bahwa siapapun bisa menghasilkan karya hebat jika dibarengi dengan dedikasi yang sepenuh hati.

© Udatommo

Joel Meyerowitz, menurut saya Joel orang jenius yang rendah hati. Punya pemikiran menarik tentang street photography. Karya Joel juga terlihat sangat kuat akan respon jalanan yang direkam, beragam hal diceritakan pada satu frame, bukan hanya suatu rutinitas berulang yang begitu membosankan.

Martin Parr, saya sangat tertarik pada project Last Resort. Suatu pemandangan berbeda dari suasana liburan yang ada pada gambaran orang kebanyakan. Dari sini saya lihat Martin Parr sangat peka terhadap situasi-situasi yang tidak lazim atau ironi pada kehidupan keseharian manusia. Karyanya cukup kritis tapi tidak terlalu sarkas, saya rasa tidak bakal mudah mendapatkan foto-foto menarik dengan gaya Martin Parr karena memotret pada suasana keramaian cukup sulit, apalagi dengan beragam pesan akan pemikiran kritis yang dituangkan.

Daido Moriyama, alasan pertama terinspirasi karena BW (read : Black and White) nya hahaha. Terlepas dari BW menurut saya Daido cukup acuh terhadap teknis-teknis baku pada fotografi, sehingga karyanya menjadi terlihat liar dan tidak mudah dipahami atau bahkan ditiru. Salut untuk idealisme dan determinasi yang sangat kuat bahkan sampai saat ini.

 

© Udatommo

© Udatommo

Di Indonesia saya terinspirasi oleh om Sam Bara dan om Chris Tuarissa. Dua orang ini punya karakter yang berbeda, saling mengisi dan tidak pelit dalam berbagi. Om Sam Bara memotivasi untuk selalu berkarya, om Chris Tuarissa berbagi dalam banyak hal bahkan kerendahan hati. Semoga beliau berdua sehat selalu dan tetap saling berbagi inspirasi.

Fotoemperan, menjelang akhir 2015 saya dipertemukan dengan orang-orang hebat ini. Rasa syukur yang amat mendalam karena bisa belajar, berkarya, membuat beragam event bersama-sama. Fotoemperan menjadi forum pertama bagi saya untuk selalu bersemangat berkarya dan berinovasi. Semoga Fotoemperan kompak selalu!!

Semua kawan di media sosial para pegiat street photography juga menjadi inspirasi tanpa henti. Tim MaklumFoto, Instastreetid, Indonesia Street Project, Indonesia On The Street. Aaaaah dan masih banyak lagi. Sepertinya saya murahan mudah terinspirasi dari banyak orang kwkwkkw

Jika di perhatikan karya-karya uda cenderung surealis dan lebih mengacu pada penggabungan antara street photography dengan fine art photography? bagaimana pendapat uda tentang hal itu?

Mengenai surealis awalnya saya tertarik ketika pertama kali dikenalkan dengan karya Salvador Dali oleh dosen yang mengajar pada mata kuliah Ilustrasi. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, karena bagi saya melakukan segala segala sesuatu dengan teratur itu begitu membosankan, membelenggu ide dari imajinasi yang bagi sebagian orang belum tentu bisa dimengerti. Terbukti ketika menggambar secara realis saya sangat tidak cukup bagus, mengenal konsep surealis membuat saya bersemangat untuk menuangkan hal-hal yang saya simpan pada ruang yang tidak mudah dimengerti tersebut.

Fine art photography? Saya tidak begitu mengharuskan untuk menjadi apa suatu karya nantinya ketika melalui proses penciptaan karya tersebut. Yang terpenting sangat menikmati prosesnya, jadi diri sendiri dan tidak mengejar berkarya untuk memuaskan orang lain. Apakah itu ketika pada pendekatan fotografi lainnya. So, apakah ini yang akhirnya orang mengatakan karya saya penggabungan surealis, street photography dan fine art photography. Saya tidak begitu mempedulikan hal tersebut. Hanya kebetulan saja beberapa tahun terakhir saya cukup banyak berkarya dengan pendekatan street photography

© Udatommo

Menurut uda kriteria seperti apa sajakah suatu foto street photography itu di katakan bagus ?

Bagi saya semua karya seni apapun itu tetaplah sama, hanya berbeda medium penyampaian pesan belaka. Karya yang baik itu bisa membuat orang ingin menikmati lebih lama meskipun tidak begitu mengerti.

Pada street photography tentunya bukan hanya mengejar momen puncak yang dianggap langka dan terkesan wah, tapi ada kandungan ‘sesuatu’ yang lebih mendalam untuk memberikan kenikmatan pada klimaks puncak yang tidak mudah terlupakan.

© Udatommo

Bagaimana pendapat uda tentang perkembangan street photography di indonesia ?

Belakangan saya lihat cukup bagus, banyak forum diskusi offline maupun online. Sayangnya masih mengutamakan kegiatan hunting foto bersama dibandingkan memperbanyak kegiatan diskusi. Masih harus banyak melihat referensi dari beragam sumber, sehingga tidak hanya mengejar apa yang terlihat bagus secara terlihat untuk mengejar banyak pujian saja.

Faktanya kita cukup ketinggalan dari Thailand, masih jarang nama-nama pelaku street photography Indonesia diajang kompetisi internasional. Namun tahun 2017 nama street photographers Indonesia mulai bermunculan dikancah International.

 

© Udatommo

© Udatommo

 

Jika boleh tahu, saat ini uda aktif dalam kegiatan atau forum street apa saja ?

Saat ini masih aktif sebagai admin di MaklumFoto meskipun belakangan kita kurang ada kegiatan. Menjadi pengurus di Indonesia Street Project pusat maupun di regional Jabar. Dan tentunya aktif bersama Fotoemperan.

Bagaimana pendapat uda jika ada yang mengatakan uda termasuk salah satu tokoh penggerak street di indonesia yang berpengaruh ?

Sangat berlebihan sekali, saya tidak merasa melakukan suatu hal besar dalam bentuk apapun. Hanya suka berbagi dengan sedikit ilmu yang dipelajari. Masih banyak orang yang berhak disematkan panggilan ‘tokoh’ tersebut. Saya masih bukanlah siapa-siapa. Baru belajar untuk berkarya pada jalur ini.

Saya merasa tidak layak

© Udatommo

Adakah beberapa tips untuk teman-teman yang mungkin mau atau sedang mendalami street photography khususnya di indonesia?

Selalu jadi anak kecil yang tidak tahu banyak hal, mudah tertarik akan hal baru sehingga melakukan apapun menjadi menyenangkan. Ignorance is bliss!

Kosongkan gelas kapanpun, dimana pun berada jika masih ingin menimba ilmu.

Rajin membaca dan jangan malas untuk browsing segala informasi.

Apapun itu teorinya, yang paling penting adalah banyak memotret. Praktek akan selalu menjadi pelajaran terbaik!

 © Udatommo

© Udatommo

 

Prestasi dan penghargaan 

Street Hunter.net The July 2017 Street Photography Contest Nominees

Nominated World Street Photography Photobook 5 (2017/2018)

Street Hunter.net The May 2017 Street Photography Contest Nominees

Nominated World Street Photography Photobook 4 (2016/2017)

Nominated World Street Photography Photobook 3 (2015/2016)

 

Website & Media Social

Website :

https://udatommo.com/

Instagram :

https://www.instagram.com/udatommo/

https://www.instagram.com/ud4tommo/

https://www.instagram.com/fnd.it/

Flickr :

https://www.flickr.com/photos/udatommo/

 

EyeEm :

https://www.eyeem.com/u/udatommo

 

IMG-20171011-WA0012
Artikel, Interview, Street photography,

Street Photographer Interview : Chris Tuarissa

Profil Singkat

Chris tuarissa adalah salah satu street photographer indonesia yang karya-karya nya sudah diakui baik sekala nasional maupun internasional. Beliau juga founder dari Maklumfoto. apasih maklumfoto itu dan seperti apakah di balik sosok chrisstuarissa itu? mari kita cari tahu jawabanya pada interview exclusive dengan beliau di bawah ini.

Sebelumnya silahkan perkenalkan diri om, dan sedikit ceritakan tentang apa itu street photography atau fotografi jalanan menurut om chris?

Saya Chris Tuarissa. Ayah dari 3 anak. Berdomisili di Jakarta. Pemotret dan penikmat foto, kopi dan pisang goreng. Street Photography. Saya rasa setiap penggiatnya akan punya argumennya sendiri tentang definisi Street Photography. Bagi saya, Street Photography adalah bagaimana cara saya mengamati dan mengeksplorasi aktifitas diruang publik. Dan merekam emosi disetiap kejadiannya dengan medium kamera.

 © Chris Tuarissa

© Chris Tuarissa

Sejak kapan sudah mulai mendalami fotografi?

Sepertinya sih sejak saya kuliah di Universitas Trisakti tahun 1989. Ketika mata kuliah fotografi memang menjadi salah satu yang diwajibkan pada jurusan yang saya ambil,yaitu desain grafis. Kalau sekarang Desain Komunikasi Visual. Saat itu lebih mengarah ke Commercial Photography.

Kenapa om chris memilih street photography?

Saya penyuka foto foto socio documentary, dan Street Photography menjadi sesuatu yang menarik perhatian saya. Ada kejujuran, kejutan dan hal tak terduga yang  terjadi di Ruang Publik. Dan Street Photography memberikan saya kesempatan untuk merekamnya.

Siapakah street photographer yang menjadi inspirasi om?

Wah banyak. Tapi secara visual, saya menyukai Martin Parr, Alex Webb, Harry Gruyaert, Raghu Rai dan Daido Moriyama. Dan kl bicara inspirasi, mngkin tidak hanya fotografer saja sebagai inspirasi saya dalam berkarya. Pelukis Raden Saleh dan Seniman grafis Andi Warhol menjadi bagian dr proses berkarya saya.

 © Chris Tuarissa

© Chris Tuarissa

Jika di perhatikan karya-karya om chirs banyak menggunakan komposisi layering, dan lebih ke street documentary, bagaimana pendapat om tentang itu?

Yaa…mungkin karena dokumentasi sosial selalu menjadi pijakan dasar saya saat memotret diruang publik. Kalau layering kan hanya bagian/pola dari komposisi, dan ini cuma salahsatu cara saya  menceritakan suatu kejadian (dengan banyak subjek) didalam 1 framing.

Menurut om chris kriteria seperti apa sajakah suatu foto street itu di anggap bagus?

Nah ini…  Karena karya Street Photography yang bagus menurut saya, blom tentu dibilang bagus oleh yang lainnya. Subyektif! Yang jelas, tetap pada kaidah fotografilah, ada komposisi, mengenal Segitiga Eksposur. Ada ide/gagasan, pesan serta kreatifitas.

Bagaimana pendapat om tentang perkembangan street photography di indonesia?

Di Indonesia, saat ini terlihat perkembangan yang pesat. Beberapa indikasi yang jelas adalah banyaknya kompetisi atau lomba foto. Padahal 2 atau 3 tahun yang lalu saya jarang/tidak menjumpai bentuk apresiasi foto bertajuk Street Photography disini. Kemudian munculnya beberapa grup fotografi jalanan diberbagai media sosial. Adanya sharing dan workshop tentang Street Photography juga menjadi penanda.

 © Chris Tuarissa

© Chris Tuarissa

Prestasi dan penghargaan apa saja yang sudah om dapatkan selama bergelut di dunia street photography?

Apa ya.. Sepertinya cuma apresiasi kecil-kecilan aja dari beberapa instansi dan grup-grup di sosial media, web dan media cetak, baik nasional maupun internasional hahaha. Dan kemudian menjadi bagian dari salah satu produsen kamera, mungkin bisa dikatakan prestasi juga ya.

Yang kami ketahui om chris adalah founder dari maklumfoto, apa sih maklum foto itu om ?

MAKLUMFOTO adalah wadah apresiasi, edukasi dan informasi  utk penggiat Street Photography diIndonesia.

Bagaimana kisahnya muncul gagasan untuk membentuk maklumfoto om?

Berawal dari Instagram pada tahun 2015, kejengahan ketika melihat salah satu foto “homeless” diangkat dan difitur oleh salah satu Group Hub menjadi foto terbaik Street Photo adalah awal pemicu lahirnya MaklumFoto. Kemudian, saya berdiskusi bersama Tomi Saputra, untuk membuat Group Hub mengenai Street Photography yg lebih terarah dan mencoba mengulas/memaknai setiap foto terbaik yang akan difitur. Mengadakan acara Sharing, Bedah Foto dan Hunting bareng, dll. Karena kami sadar bahwa edukasi sangat penting untuk mengenalkan pendekatan fotografi jenis ini.  Alhamdulillah bisa diterima.

 © Chris Tuarissa

© Chris Tuarissa

Apa visi dan misi maklumfoto sendiri om, dan apa harapan om chris dengan maklumfoto om? 

Ya..   itu, Mengenalkan Street Photography (Indonesia khususnya) ke banyak orang dan diharapkan kedepannya akan lahir talenta2 terbaik dari negeri ini dan dikenal dikancah Internasional. Harapannya sih semoga MaklumFoto bisa selalu memberikan yang terbaik saja bagi Fotografi Indonesia, khususnya Street Photography.

 © Chris Tuarissa

© Chris Tuarissa

Adakah beberapa tips untuk teman-teman yang mungkin mau atau sedang mendalami street photography khususnya di indonesia?

Kenali dan rasakan tempat kamu berada/tinggal, tempat kamu berinteraksi, tempat kamu berkegiatan, tempat kamu bersosialisasi. Kemudian cintailah dan rekam menurut caramu. Karena Street Photography itu cerminan dirimu. Selalu bergerak dengan Hati yg senang dan semangat menggali/mempelajari hal hal baru.

 

Website https://christuarissaphoto.wixsite.com/1969 

Instagram @chris_tuarissa

Flickr @christuarissa

Tumblr http://www.christuarissa.tumblr.com

 

© Andryaniade
Artikel, Interview, Sharing, Street photography,

Street Photography Sharing : Andryaniade

Perkenalkan nama saya ade Andryani. Saya tinggal di Jakarta. Pada kesempatan kali ini saya ingin membagikan pengalaman saya di dunia street photography yang sudah saya geluti selama ini.

Kenapa Street Photography?

Banyak yang bertanya pada saya “loh mbak ade kan cewek kok memilih street photography kan pada umumnya kalo cewek tuh suka sama genre foto yang syarat akan keindahan seperti landscape atau modeling, apa sih mbak alasanya kenapa mbk ade memilih street photography sebagai hobi yang digeluti mbk ade saat ini ?” hehe. mungkin itu pertanyaan yang sering terlontar dari teman-teman saya. langsung aja ya biar tidak terlalu panjang pembahasanya kasihan masdin yang ngetik hahaha. oke “kenapa street photography?” . Alasanya karena pada street photography saya menemukan kesenangan dalam mengabadikan moment-moment di sekitar saya . Dulu saya mulai mengabadikan moment di jalanan dengan menggunakan kamera Smartphone. Mungkin itu alasan kedua saya kenapa memilih street photography karena cenderung lebih simple dalam hal kamera bahkan ada juga teman-teman saya yang mengabadikan moment dengan kamera analog.

Kemudian Alasan yang lain , Street Photography bisa dikatakan unik. Di tempat yang sama di waktu yang berbeda kita akan menemukan moment-moment yang berbeda yang kebetulan terjadi. Dalam hal ini tentu saja keadaan maupun subject yang kita abadikan pastilah jujur karena kita tidak men-direct  atau merekayasa moment dan subject kita yang apa adanya yang kita abadikan secara spontan.

Namun tidak jarang pula kita bisa menebak hal apa yang akan terjadi dalam kejadian yang biasa terjadi sehari-hari, Sehingga kita bisa merasakan kapan kita akan menekan tombol shutter dan memaksimalkan foto yang akan kita abadikan.

Dalam Street Photography hal lain yang saya sukai yaitu kita bisa memotret di manapun di ruang publik, Seperti di jembatan umum, saat kita berada di warung ataupun ketika sedang di mall dsb.  hal inilah yang paling menarik bagi saya.

Bagaimana pendekatan dalam Street Photography?

 

Dulu saat saya masih menggunakan kamera smartphone, Saya lebih sering mengambil foto dengan cara candid. Hal ini dikarenakan ukuran smartphone yang kecil di banding kamera DSLR maupun mirrorless sehingga tidak begitu menarik perhatian subject di sekitar kita sehingga saya lebih mudah menyesuaikan saat pengambilan foto.

Namun setelah saya mulai menggunakan kamera DSLR, disitulah saya baru merasakan betapa usahnya dalam pendekatan tersebut. Masih malu-malu dan terkesan mencuri foto , Itulah yang saya rasakan di awal saya mulai menggeluti street photography. Dan setelah saya meyakinkan diri dan mendapatkan motivasi dari teman-teman saya , Saya berusaha untu lebih berani dalam mengambil foto , berusaha berfikir positif dan tersenyum adalah kunci terpenting yang menjadi modal awal agar subject tidak merasa risih ataupun terganggu. Bahkan jika perlu ajaklah subject tersebut berinteraksi agar foto kita lebih hidup dan bercerita.

Nah berikut ini akan saya perlihatkan beberapa karya saya ,

© Andryaniade

© Andryaniade

Foto di atas foto yang saya ambil secara spontan / Decisive moment.

© Andryaniade

© Andryaniade

Foto di atas foto dengan komposisi layering yang saya ambil dengan mengamati aktifitas mereka terlebih dahulu ,

© Andryaniade

© Andryaniade

Foto di atas foto dengan low angle atau sering dikenal dengan istilah congkel.

© Andryaniade

© Andryaniade

Foto di atas contoh foto dengan High Angle atau sudut pengambilan dari atas

Sebenarnya ada banyak sekali teknik dan komposisi dalam street photography tapi saya tidak akan memaparkan secara rinci karena nanti artikel ini jadi terlalu panjang mungkin beberapa foto saja.

Prestasi atau penghargaan apa saja yang sudah pernah di raih selama menggeluti dunia Street Photography?

hahaha Sebenarnya saya sedikit sungkan jika membahas masalah ini tapi baiklah saya akan sedikit ceritakan. Untuk penghargaan waktu itu pernah mengikuti Lomba Foto di ajang JSPI (Jambore Street Photography Indonesia) 2016 yang waktu itu diselenggarakan di bandung dan kebetulan saya mendapat juara ke 3. Pernah juga menjadi nominasi di ajang World Street Photography 2016 dan 2017. Mungkin itu yang saya ingat hahaha.

Adakah tips untuk teman-teman yang baru memulai menggeluti Street Photography?

Untuk tips buat temen-temen yang mau menggeluti atau baru mulai menggeluti street photography , Mungkin sering-seringlah buat motret di ruang publik, Jelilah melihat situasi kalau istilah anak jaman sekarang gercep melihat keadaan hahaha. Dan cobalah memotret di satu tempat setiap hari selama seminggu, biasanya efektif untuk melihat perkembangan foto kita, Misal motret gang di deket rumah , Foto hari pertama without people / tanpa subject, Besoknya lagi Multiple subject dst. intinya observasilah, Nanti jika gagal atau kurang memuaskan hasilnya , Cobalah lagi dan jangan menyerah. hehe.

 

Akun instagram mbak ade?

Baik sebagai penutup saya share akun instagram saya mungkin bagi temen-temen yang mau bertanya atau bersilaturahmi dengan saya bisa langsung DM saja akun IG saya yaitu @andryaniade  

Mungkin sekian sharing dari saya terimkasih banyak buat temen-temen yang mau membaca sharing saya ini semoga bermanfaat , Salam Street Photography Indonesia!

 

You cannot copy content of this page