Browsing Category

Interview

© Fresilia Vebriani
Artikel, Interview,

Photographer Interview : Fresilia Vebriani From Bandung

1 comment

Bisakah Anda memperkenalkan diri anda?

Halo, nama saya Fresiliave, orang-orang juga mengenal saya sebagai Pecil. Saya lahir di Bandung tetapi sekarang tinggal di Jakarta. Dan saya belajar komunikasi di Universitas Padjadjaran. Saya suka puisi tetapi tidak bisa membuat puisi itu sebabnya saya mengambil gambar. Bagi saya, fotografi adalah cara saya melarikan diri dari kenyataan, karena kami hidup dalam kehidupan yang sama tetapi kami memiliki realitas yang berbeda.

Could you please introduce yourself?

Hello, my name is Fresiliave, people known me as Pecil as well. I was born in Bandung but now lived in Jakarta. And I was studied communication at Padjadjaran University. I love poetry but cannot make any of poetry that’s why i took a picture. For me, photography is the way i could escape from my reality, cause we live in the same life but we have difference reality.

 

Apa kenangan masa kecil Anda terhadap seni?

Saya tidak punya hal khusus tentang seni ketika saya masih muda. Saya hanya melakukan segala hal yang bisa membuat saya bahagia. Sesimpel itu.

What is your childhood memories towards the arts?

I don’t have any special thing about art when I was young. I just do every thing that could made me happy. As simple as that.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Apa yang pertama kali menarik Anda ke fotografi dan bagaimana Anda menemukannya?

Pertama kali saya mengenal fotografi, ketika saya masih di sekolah menengah. Sudah hampir 11 tahun yang lalu. Saya tidak secara khusus memilih analog atau digital, saya hanya berjalan di toko buku tua di sekitar kota asal saya dan menemukan buku lomografi maka saya tidak tahu mengapa, dalam pikiran saya, “Saya ingin punya kamera dan mengambil beberapa gambar di sekitar saya.”

What first drew you to photography and how did you discover it?

When first time i knew about photography is when i was in high school. It’s almost 11 years ago. I dont specifically choose analog or digital, i just walking at old book store around my hometown and found a lomography book then i dont know why, in my thought only, “i want have a camera and took some picture around me”

 

Apa yang membuat fotografi begitu spesial untuk Anda?

Fotografi memberi saya ruang untuk saya dan diri saya sendiri. Fotografi membantu saya menemukan sudut pandang lain dari dunia ini. Atau setidaknya aku bisa menemukan sesuatu yang indah dalam sesuatu yang berantakan.

What makes photography so special for you?

Photography give me space for me and myself. Help me found another point of view from this world. Or at least I could found beautiful thing in a mess.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Kenapa lebih memilih fotografi dibanding modeling karena kebanyakan wanita dengan penampilan menarik lebih suka menjadi model ketimbang fotografer, dan anda kami lihat berpenampilan menarik dan layak menjadi model?

Saya pikir orang akan memilih sesuatu yang bisa memenuhi ego mereka, gairah hidup mereka, dan juga jiwa mereka. Dan bagi saya, fotografi adalah jawabannya.

Why choose photography rather than modeling, because most women with attractive appearance prefer to be a model rather than a photographer, and we see, you look attractive and deserve to be a model?

I think people would choose something could fulfill their egos, their passions, and also their soul. And for me, photography is the answer.

 

Bagaimana Perkembangan fotografi di tempat anda tinggal?

What is the development of photography in your place of residence?

I was came from Bandung, city with so many community. I dont know photography nowadays in my hometown, but i think it should be more easy find some information that you need than when i was first time learned about photography.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Apa perbedaan yang diciptakan fotografi dalam hidup Anda?

Sejujurnya, saya tidak tahu apa yang berubah dalam diri saya, karena fotografi sudah menjadi banalitas hidup saya dan sudah bertahun-tahun sekarang.

What difference does photography create in your life?

Honestly, i don’t know what is changed in myself, because photography already become banality of my life and it’s already year by year now.

 

Bagaimana Anda tahu ketika sesuatu, seseorang, atau beberapa tempat layak untuk difoto?

Biasanya saya mengambil momen berdasarkan warna. Kadang-kadang saya tidak tahu mengapa saya mengambil foto itu, kadang-kadang saya merasa itu sesuatu yang baik atau saya suka saat ini. Tapi kebanyakan saya mengambil foto secara acak. Fotografi adalah cara saya untuk melarikan diri jadi saya tidak ingin terlalu banyak berpikir. Saya ingin menikmati waktu saya dengan menekan tombol rana saya. Dan saya tidak pernah berpikir tentang saya ingin membuat sesuatu yang besar dengan semua foto saya. Tidak. Semua yang saya inginkan itu pribadi untuk saya. Tetapi jika seseorang di luar sana menyukai pekerjaan saya, saya akan merasa senang mendengarnya.

How do you know when something, someone, or some place is worth shooting?

Usually i took moment based on the color. Sometime i dont know why i took that picture, sometime I just feel it’s something nice or i like the moment. But mostly i took picture randomly. Photography is my way for escape so i dont want to overthink. I want to enjoy my time with push my shutter button. And i never think about i want to make something big with all my photos. No. All i want it’s personal for me. But if somebody out there like my work i would be feel greatful to hear that.

 

Bagaimana Anda mendeskripsikan koneksi Anda dengan subjek Anda?

Sebagian besar foto yang saya ambil tidak bercerita tentang objek tetapi lebih tentang deskripsi saya tentang dunia melalui fotografi. tapi terkadang saya juga mengambil cerita dari benda yang saya foto.

How do you describe your connection with your subject matter?

Most of the photos I take do not tell stories about the object but it more about my description of the world through photography. but sometimes I also take stories from objects that I photograph.

 

Kamera yang anda gunakan? Dan kenapa lebih suka kamera analog dibanding digital?

Saya menggunakan Leica M3. Hmmmmmm. Sebenarnya itu karena sejak awal saya menggunakan kamera analog kemudian jatuh cinta dengan hasilnya dan juga merasa sangat bersyukur karena saya bisa bertemu dengan begitu banyak orang baik dan mereka menjadi teman saya.

Which camera do you use? And why do you prefer analog cameras than digital?

I used Leica M3. Hmmmmmm. Actually it because from the begining i was used analog camera then fallen in loved with the result and also felt so greatful because i could met so many good peoples and they’re became my friend.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Satu hal yang selalu Anda ingat selama mengerjakan proyek fotografi?

Konsistensi. Begitu banyak orang mengatakan yang paling penting hanya lakukan saja. Tetapi bagi saya adalah konsistensi, tidak akan ada proyek foto jika Anda tidak pernah konsisten untuk mengerjakannya sampai selesai.

One thing you always remember while working on a photography project?

Consistency. So many people said about the most important is just do it. But for me consistency is, there is no project photo if you never consistent to work on it until it’s done.

 

Fotografer mana yang menginspirasi Anda?

Duane Michals, Vivian Maier, Isao Nishiyama, Hamada Hideaki.

Which photographers inspire you?

Duane Michals, Vivian Maier, Isao Nishiyama, Hamada Hideaki.

 

Buku favorit anda tentang fotografi?

Saya sangat suka Album: The Portraits of Duane Michals, Duane Michals.

Your favorite book about photography?
I really love Album : The Portraits of Duane Michals, Duane Michals
Bagaimana menurut Anda teknologi mengilhami kreativitas dalam fotografi?
Saat ini kita mudah menemukan informasi, referensi apa pun. Ada begitu banyak platform. Anda dapat dengan mudah menemukan referensi dari sebuah posting atau Anda mudah membagikan karya Anda. Tetapi kadang-kadang saya memiliki pemikiran tentang teknologi jaman sekarang yang membunuh kreativitas. Saya tidak mengerti mengapa begitu banyak orang berpikir lebih penting untuk membuat sesuatu yang disukai orang-orang karena tren daripada mengeksplorasi sesuatu yang berbeda.
How do you think technology inspires creativity in photography?

Nowadays we just easily find any information, any reference. There so many platform. You can easy found reference from a posting or you can easily share your work. But sometimes i have a thought about nowaday technology kills the creativity. I don’t why so many people think it more important to make something people would likes because it on trending than explore something difference.

Pencapaian apa yang telah Anda dapatkan selama karier Anda dalam fotografi?
Saya tidak punya prestasi dalam fotografi. Tapi apa yang saya tahu dari ini saya bertemu banyak orang luar biasa, orang baik, dan saya merasa senang sekaligus berterima kasih. Selain itu sekarang saya punya buku.
What achievements have you gained during your career in photography ?

I dont have any achievement on photography. But what i know from this i met so many amazing peoples, good people, and i feel glad also greatful. Also now I have a book.

 

© Fresilia Vebriani

© Fresilia Vebriani

 

Bolehkah ceritakan tentang buku anda? dan latar belakang di cerita dibalik buku itu dan kenapa berjudul Moksa?

Moksa dibuat dari koleksi foto-foto lama saya, saya juga tidak menyangka bahwa koleksi foto ini akhirnya menjadi sebuah buku. Ada lokakarya yang diadakan oleh Bandung Photography Month dengan tema menyusun proyek dan cara membuat buku. Saya tertarik dan menghadiri lokakarya tersebut sampai selesai.

Saya mengambil judul moksa setelah membaca banyak buku dan kamus untuk mewakili ide dari koleksi foto saya. Proyek ini menceritakan tentang transisi saya ketika saya menahan perasaan marah, sedih, balas dendam, dan kecewa. sampai akhirnya saya menemukan bahwa semua itu tidak berguna. Mengapa terus menahan sesuatu untuk yang justru menyakiti kita. Dan hal terbaik dari semua ini adalah melepaskan semua itu. Lupakan orang-orang itu. Karena hukuman paling berat di dunia adalah dilupakan.

Saya tidak mengatakan bahwa moksa dalam buku saya seperti apa yang terjadi di Moksa asli. Saya mencoba membuat makna moksa baru dan itu bisa terjadi pada setiap orang dan berbagai bentuk. Ini adalah moksa yang saya alami dalam melepaskan masa lalu saya dan berfokus pada orang-orang di sekitar saya. Tapi mungkin orang lain akan berbeda. Setiap foto yang saya gunakan mewakili emosi saya saat itu.

Can you tell me about your book? and the story behind the book and why is it called Moksa?

Moksa was made from a collection of my old photographs, I also did not expected that this collection of photographs ended up being a book. There’s a workshop held by Bandung Photography Month with the theme of compiling projects and how to make a book. I got interested and attended the workshop until it was finished.

I took the title moksa after reading a lot of books and dictionaries to represent ideas from my collection of photographs. This project tells about my transition when i hold on into my feelings of anger, sadness, revenge, and disappointed. until finally I found that all of that was useless. Why keep holding back on things to something hurt us. And the best thing all of this is to let go of all that. Forget those people. Because the most severe punishment in the world is being forgotten. 

I’m not said that moksa in my book like what happened in real Moksa. I try to make a new meaning of moksa and that can happen in every person and different forms. This is the moksa that I experienced in releasing my past and focusing on the people around me. But maybe other people will be different. Every photo that I use represents my emotions at that time.

 

Tips untuk fotografer di luar sana?

Nikmati dengan prosesnya. Belajar satu per satu. Setelah Anda menemukannya, Anda tidak akan pernah mau berhenti.

Tips for photographers out there?
Enjoy with the process. Learn one by one. Once you found it, you’ll never want to stop.
Fresilia Vebriani

Fresilia Vebriani

Instagram : @unclearviews

© Algi Febri Sugita
Artikel, Interview,

Photographer Interview : Algi Febri Sugita – Bandung

no comment

Silahkan Anda memperkenalkan diri?
-Nama saya Algi Febri Sugita, Lahir di Bandung 21 tahun yang lalu. Humoris berkacamata suka memotret dan bermain musik.

Apa kenangan masa kecil Anda terhadap seni?
-Kenangan yang saya ingat adalah sewaktu saya beres di khitan saya sudah memegang kamera film auto pada saat itu. Saya memotret keluarga terdekat dan apapun, Lalu pergi ke tempat percetakan dahulu mencetak foto dengan cara di “Afdruk” dan menunggu beberapa hari hingga akhirnya jadilah foto-foto dalam wujud fisik.

 

© Algi Febri Sugita

© Algi Febri Sugita

 

Apa yang pertama kali menarik Anda ke fotografi dan bagaimana Anda menemukannya?
-Yang pertama kali menarik saya terjun ke dunia fotografi adalah pengaruh salah satu sahabat saya Desta Dani Syarif ( @dsdesta ). Pada awal tahun 2015 saya diajak olehnya untuk ikut dan aktif bergabung belajar bersama dengan komunitas fotografi menggunakan ponsel di Kota Bandung. Disana sering diadakan hunting dan sharing bareng. Dari situlah saya mulai kecanduan memotret apapun yang berada disekitar saya, Sebelum pada akhirnya saya belajar mengenai “Street Photography”.

Pertengahan 2015 saya mulai bergabung dengan Komunitas Street Photography di Kota Bandung yaitu “Bandoeng Photostreet Shooter” saya bertemu banyak orang-orang hebat yang membingbing saya mungkin tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun salah satunya adalah Tirta Trinanda ( @tirtatrinanda ). Beliaulah yang banyak menjelaskan mengenai dunia fotografi kepada saya dari dulu bahkan hingga sekarang.

 

© Algi Febri Sugita

© Algi Febri Sugita

 

Apa yang membuat fotografi begitu spesial untuk Anda?
-Bagi saya pribadi fotografi bisa menjadi mesin waktu dikemudian hari mungkin umur kita akan habis dimakan waktu namun hasil karya yang telah kita buat melalui fotografi itu akan bisa dinikmati hingga generasi yang selanjutnya, Fotografi bagi saya sekaligus menjadi media untuk berbagi serta merekam kejadian dan bercerita apa yang saya lihat serta rasakan pada saat itu.

Bagaiman Perkembangan fotografi di tempat anda tinggal?
-Cukup berkembang pesat apalagi dizaman era digital seperti ini.

 

© Algi Febri Sugita

© Algi Febri Sugita

 

Apa perubahaan yang anda rasakan setelah anda mengenal dunia fotografi?
-Perubahan yang sangat terasa didalam diri saya semenjak mengenal dunia fotografi adalah kemanapun kapanpun dan dimanapun saya saat melihat sesuatu hal yang menurut saya menarik kini saya harus memotretnya hahaha serta saya banyak belajar mengenai perubahan diri seperti agar selalu ramah dan tersenyum serta menahan ego dan tidak cepat puas serta terus belajar mengenai fotografi.

Bagaimana Anda tahu ketika sesuatu, seseorang, atau beberapa tempat layak untuk difoto?
-Mungkin ini setiap orang akan berbeda namun saya pribadi prinsip yang saya gunakan adalah “Apa yang kamu rasa itu unik dan layak dibagikan potret aja dulu” terlepas itu dari teknik serta komposisi dll. Teman saya pun pernah berkata “Karena Fotografi itu adalah Rasa” jadi percaya pada insting dan banyak melihat hasil karya orang lain adalah kunci yang selalu saya pegang hingga sekarang.

 

 

© Algi Febri Sugita

© Algi Febri Sugita

 

 

Bagaimana Anda mendeskripsikan koneksi Anda dengan subjek Anda?
-Saya pribadi jika memang situasi nya memungkinkan untuk bisa berkomunikasi dengan subjek saya pasti lakukan itu minimal dengan pertanyaan serta obrolan ringan agar situasi lebih cair dan subjek pun tidak merasa terintimidasi saat saya memotret kegiatannya. Kadang dengan seperti ini kejutan-kejutan yang tidak terduga sebelumnya akan kita temukan dan Intinya bagaimanapun tatakrama bagi saya pribadi lebih diutamakan.

Kamera yang anda gunakan?
-Kamera pemberian ibu saya tercinta.

 

 

© Algi Febri Sugita

© Algi Febri Sugita

 

 

Satu hal yang selalu Anda ingat selama anda mengerjakan proyek fotografi?
-Bertemu banyak orang hebat dimanapun.

Fotografer mana yang menginspirasi Anda?
– Fotografer National Geographic yaitu Michael Yamashita, John Stanmeyer dan George Steinmetz.

 

© Algi Febri Sugita

© Algi Febri Sugita

 

Buku favorit anda tentang fotografi
-National Geographic, Kilas Balik Antarafoto dan Visual Literasi.

Bagaimana menurut Anda teknologi mengilhami kreativitas dalam fotografi?
-Menurut saya pribadi di zaman serba mudah seperti ini kita diberikan kemudahaan lebih dalam berkarya dan teknologi sebagai medianya yang terpenting adalah “Man Behind The Gun” siapa orang yang mengoprasikan teknologi itu sendiri dalam berkreativitas.

Pencapaian apa yang telah Anda dapatkan selama karier Anda dalam fotografi?
-Melihat kedua orang tua saya pernah tersenyum dan bangga berkat fotografi saja sudah merupakan sebuah pencapaian luar biasa bagi saya dalam karier di dunia fotografi.

Ada tips untuk fotografer jalanan di luar sana?
-Banyak melihat karya photographer lain, jangan takut mencoba dan terus berlatih serta belajar.

 

 

Algi_febri_sugita

Instagram  @_algifs_
Website:  algifebrisugita.wordpress.com

© Galih Rudianto
Artikel, Interview, Sharing,

Galih Rudianto : Realita Kamera Analog Di Era Digital

Halo mang Galih, gimana kabarnya nih mang? dan bagaimanakah kabar Bandung dan dunia fotografinya mang?

Halo mas, baik alhamdulillah kabar keluarga dan teman-teman di Semarang baik kan?

hmm… Kalau dunia fotografi di bandung berjalan seperti biasanya, beautyshot masih banyak di gandrungi, street fotografi masih berjalan seperti biasanya.

 

© Galih Rudianto


© Galih Rudianto

 

Alhamdulillah saya dan Semarang baik mas hehe, Ngomong-ngomong masih sering motret mang?

Syukur kalau tetap pada keren mas. hehe

Kalau sering sih lagi turun-naik mood nya mas, soalnya kalau motret lagi tidak mood, tetap memaksakan jalan, suka berantakan, apalagi saya motret pake film malah jadinya buang-buang frame, jadi kalau saya di tanya, “masih sering motret?” mungkin jawabnya tergantung mood saya.

Bisa aja nih mang Galih haha, Sudah berapa lama mang Galih motret pake kamera analog/ film mang ?

Jam terbang yak wkwkw, klo motret sih dari jaman sekolah dulu cuman kalau lebih spesifik main film, kalau ga salahdari bulan september 2014.

Berarti sebelumnya pernah memakai kamera digital ya mang? gimana critanya sih mang kok tertarik dengan kamera film?

Iyaps, dulu pakainya digital D5100+50mm, kalau photowalk motret-nya banyak sampe dirumah capek sendiri kurasi file. hahaha
Belum edit belum sizing file di PC, semakin banyak akhirnya curhat nih sama senior fotografer di bandung, dia langsung memberi saran
“kalau kamu memang malas dasarnya, tapi tetap ingin motret, coba pake film, disitu kamu bisa tanggung jawab apa yg sudah kamu potret.”
Nah, dari situ perasaan ingin tahu tentang kamera film dan film nya mulai muncul, mulailah saya berburu kamera2 tua di loakan dengan cuman modal kepo. hehehe

 

© Galih Rudianto


© Galih Rudianto

 

Hal pertama yang mang galih rasakan apa, ketika awal transisi dari kamera digital ke kamera film? dan kalo boleh tahu kamera film pertama mang galih apa mang ?

Hal pertama yang saya rasakan saat transisi pasti adalah ingin cepat-cepat lihat hasil dari foto yg saya ambil dengan kamera film . Lucunya saat itu saya cuma pakai kamera Yashica GSN yang auto-nya mati otomatis speed shutter cuma 1/60 saja. Alhasil under exposure semua. hahaha

Roll film yang mang galih gunain pertama kali apa mang?

Kalau roll yang putus dan kebakar dihitung tidak? hahahaa.
Sebenernya roll pertama itu pakai Kodak Color Plus 200 tapi ditengah proses karena terlalu excited jadi putus. hahaha

Roll kedua pakai KCP juga dan pertama motret bareng fotoemperan waktu itu.

 

Nah, untuk developing film di era sekarang ini kesulitan tidak mang?

Develop film mungkin buat saya yang tinggal di Bandung, masih dibilang aman dan gampang. Tapi buat teman-teman yang lain yang pakai kamera film di luar kota yang pada dasarnya memang tidak ada lab di kotanya mungkin harus mempertimbangkan biaya cuci scan film.

Mungkin klo cuci BW bisa belajar, asal ada alat yang dipergunakan untuk proses film.
Untuk yang color soalnya tidak bisa di cuci sendiri dengan alat yg biasa di pakai buat cuci black and white.

 

© Galih Rudianto

 

Kenapa alat cuci black and white tidak bisa digunakan untuk mencuci color? Berarti cuci color black and white lebih simpel ya mang? Dan kalau boleh tahu, mang galih harus merogoh kocek berapa untuk develop satu roll film di lab?

Kenapa tidak bisa cuci color dengan alat rumahan, karena film warna suhunya harus sesuai dan ketika proses developing suhu harus stabil maka harus pakai mesin yang bisa membuat suhu tetap stabil.

Yap cuci black and white adalah yang paling wajib dipelajari kalau mau main fotografi dengan kamera film.

Sekarang rata-rata sama mau color atau black and white biaya buat cuci scan disekitar Rp. 50.000-an.
Untuk film ukuran 35mm kalau 120mm paling tambah Rp. 10.000 dari harga diatas.

Wah lumayan juga ya mang, dengan proses yang panjang dan kocek yang lumayan apa yang mang galih pertama rasakan mang?

Iya juga ya,hahaha. Mungkin hal dasar dari semua yg sudah saya lakukan, motret pake film adalah kepuasan batin saja mungkin mas, dan rasa tanggung jawab apa yang sudah saya take frame. Mau hasilnya under, over, shake, blur, missed, atau komposisi yang jelek sekalipun itu yang saya dapatkan. Face it, you cannot photograph!.
Dan d roll kedepannya harus lebih baik lagi biar tidak terbuang sia-sia uang yang sudah kita gunakan untuk membeli roll film.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Selama ini berarti dengan kamera film mang galih hanya untuk sekedar hobi ya mang, pernah tidak kefikiran ke ranah komersil? Possible tidak menurut mang galih dengan kamera film ke ranah itu?

Yap, saya motret cuma buat hobi saja mas. dan tidak ada niatan buat  sesuatu yang komersil dari kamera film saya.

Dan kalau possible, itu possible sekali kamera film dibawa ke ranah komersil. Ada kok teman yang motret komersil pakai kamera film. Kebanyakan prewed sama beauty shot, cuma kalau buat dokumentasi masih jarang pake film.

Jika kami perhatikan peminat kamera film dewasa ini malah semakin meningkat ya mang, terlihat dari komunitas-komintas kamera analog yang semakin banyak, bagaimana pendapat mang galih tentang itu?

Rame sih, beberapa bulan ke belakang penjualan film dan kamera nya meningkat drastis, dilihat dari segi harga per kamera yang di jual semakin kesini semakin mahal (demand-nya tinggi) dan karena kamera analog termasuk barang collectible jadi ga ada harga pasarannya,
“Mau ya beli, ga mampu yowis!”

Tapi masih banyak yang pakai kamera film dan tidak dibarengi sama knowledge tentang kamera film tersebut. Alih-alih cuma ikut tren dan akhirnya banyak keluhan-keluhan dari mereka.

Bicara masalah knowloedge , hal-hal apa saja yang wajib diketahui bagi pengguna kamera film/ analog mang?

Masalah dasar sekali sebenarnya ini, yaitu segitiga exposure kalau itu dikuasai pasti mau pake kamera apapun joss!.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Secara teknis penggunaan segitiga exposure di kamera analog perbedaan yang paling tampak mencolok dimana mang selain memang di analog serba manual?

Light metering yg paling jadi pembahasan utama kalau ada diskusi tentang film photography.
Karena kebanyakan kamera film manual itu sudah tua umurnya, maka terkadang jadi kurang sensitif terhadap perhitungan cahaya yang masuk ke lensa atau metering di kamera, maka ada kalanya kita harus pandai memanfaatkan alat yang lain (misal aplikasi light meter di HP atau light meter itu sendiri).

Kurang effisienya light metering tersebut apa itu tidak mengganggu kenyamanan mang galih dalam hunting foto mang ?

Kalau saya pribadi ya itu tadi ngakalin-nya pake app di HP sebelum motret. Light metering diusahakan dapet 18% grey, motret deh! Hahaha

Kalau masuk shadow tinggal kurangin speed atau diafragma kalau highlight berlimpah, vice aversa!

Tapi dulu pakai kamera yang kebetulan light meter-nya sedikit akurat jadi sedikit hafal kondisi cahaya kalau pake film tertentu.“Bisa karena terbiasa!.”

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Maksud dapat 18% grey itu seperti apa, sedikit diperjelas mang ?

Kurang lebih middle gray untuk mencari correct exposure suatu scene supaya shadow tetap ada highlight tidak clipping, begitu kira-kira. Kalau mau lebih jelas bisa googling tentang greycard.

Kemudian kita berlanjut ke roll film mang ,apakah yang perlu diperhatikan ketika memilih atau mau memakai roll film mang?

Hmm… apa ya, ekonomis kali hahaha. Supaya banyak motret-nya dan tidak ada perasaan guilty kalau frame gagal.

Mungkin bisa saja kalau mau ngejar toning film A ya harus pakai film A.
Kalau buat black and white  lebih ke karakter emulsi-nya, kalau milih film ada yang fine grain ada yang grainy parah tergantung selera sihh!.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Masalah penyimpanan roll film nih mang, hal-hal apa saja yang perlu di perhatikan?

Suhu sihh!. Cukup di suhu yang stabil kalau mau disimpen di kamar, jangan kepanasan dan jangan lembab.
Kalau untuk pemakaian jangka panjang taruh di kulkas di fruit/vegie container saja cukup.

Baik mang galih, untuk ketahanan maximal sampai berapa lama sih mang ketahanan dari roll film jika kita menggunakan prosedur penyimpanan seperti yang mang galih sampaikan ?

Kalau ketahanan film biasanya ada tanggal expired-nya di film yang kita simpan, kalu sudah expired meskipun film nya kita simpan sesuai prosedur, ya jadi jelek juga emulsi-nya.

Dari seluruh roll film yang mang galih hasilkan planing mang galih apa mang kedepanya?

Wooow pertanyaanya makin sulit. Framing yg sudah ada dan film yang sudah di develop mau diapakan yaah! Hahaha.
Jujur saja saya motret masih belajar dan sekedar hobi, ya mungkin dikumpulkan saja mas. Dan lihat progres saya belajar motret dari roll ke roll. (bukan rock and roll ya!) hahahha

Soalnya gimana ya, motret masih merasa kurang.
Ada hasil-hasil printing yang dipajang di rumah dan saling tukar print sama teman-teman yg lain biasanya.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Kamera digital semakin hari semakin canggih mang, pernah tisak terfikir untuk kembali ke kamera digital lagi? Atau mang galih ingin tetap bertahan berkarya dengan kamera film ?

Mungkin kalau untuk kerja, pasti butuh teknologi terbaru. Supaya bisa mempercepat proses kerja kita jadi lebih efisien.

Tapi kalau untuk hobi. Saya mungkin bertahan di film saja. Soalnya selain saya suka barang-barang vintage, Saya juga sekarang ini belum membutuhkan kamera digital kali yah! Hahaha.
Mungkin someday kalau film sudah susah didapatkan pasti pindah ke sensor digital.

 

© Galih Rudianto

© Galih Rudianto

 

Baik mang galih, berarti intinya mang galih memilih kamera film bukan karena trend tapi memang suka dan passion-nya disitu ya mang, sekarang mungkin ada gak nih pesan-pesan buat para pengguna kamera film/analog atau yang mungkin mau nyoba berpindah ke kamera film mang galih ?

Hmm…!, Tidak menutup kemungkinan besok saya jadi pakai digital lagi tapi buat sekarang stick to film, karena masih panjang proses belajarnya, hahaha.

Pesan-pesan ya?. Waduh da saya teh siapa atuh dimintain pesan segala da masih anak bawang yang belajar motret. Hahaha.
Ya, mungkin film atau digital sama saja, semuanya cuma media saja, yang terpenting handling dari alat yg kita punya maksimalkan.

Kalau mau sekedar coba-coba dulu lebih baik pinjam dulu dengan yang punya kamera film.
Hal yang harus dipertimbangkan banyak soalnya, Jadi dari pada mengeluarkan modal untuk beli kamera mending pinjam dulu saja, dan coba rasakan kalau memang disitu passion-nya, go for it!.

 

© Galih Rudianto

Galih Rudianto

Instagram : @ssendaljepitt

 

 

© Tawandwad Wanavit
Artikel, Interview, Street photography,

Photographer Interview : Tawanwad Wanavit From Thailand

Bisakah Anda memperkenalkan diri anda?

Hai, saya Tang Tawanwad Wanavit. Saya saat ini berusia 27 tahun, bekerja sebagai sinematografer di Thailand, tetapi saya jatuh cinta pada fotografi. Saya telah memotret fotografi jalanan selama 2 tahun sekarang.

Could you please introduce yourself?

Hi, I’m Tang Tawanwad Wanavit. I’m currently 27 years old, working as a cinematographer in Thailand, but I fell in love with photography. I’ve been shooting street photography for 2 years now.

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

Apa kenangan masa kecil Anda terhadap seni?

Orang tua saya adalah seniman sehingga mereka menyukainya ketika saya melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni, saya sangat senang melakukan sesuatu yang mereka banggakan. Mereka selalu mendorong saya untuk melukis, menggambar, dan bahkan menari ketika saya masih muda, jadi di satu sisi, saya selalu berada di sisi baik seni.

What is your childhood memories towards the arts?

My parents are artists so they love it when I do something art related, I’m very happy to do something that they’re proud of. They always encourage me to paint, draw, and even dance when I was young, so in a way, I’m always on the good side of art.

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

Apa yang pertama kali menarik Anda ke fotografi dan bagaimana Anda menemukannya?

Hal pertama yang harus saya akui, adalah gagasan untuk menjadi keren. Saya pikir itu terlihat keren untuk berjalan membawa kamera, saya terinspirasi oleh karya Tavepong Pratoomwong dan dia sangat keren dengan foto-fotonya. Ide itu tidak melekat pada saya sangat lama, kemudian saya menjadi bosan untuk berusaha keras untuk menjadi keren untuk mengesankan orang lain, saya kemudian tertarik pada gagasan eksperimen.

What first drew you to photography and how did you discover it?

The very first thing I have to admit, it was the idea of being cool. I thought that it looks cool to walk around carrying a camera, I was inspired by Tavepong Pratoomwong’s works and he’s very cool with his photos. That idea didn’t stick to me very long, later on I became bored of trying so hard to be cool to impress other people, I then become attracted to the idea of experiments.

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

 

Apa yang membuat fotografi jalanan begitu spesial untuk Anda?

Fotografi jalanan benar-benar tempat bermain bagi saya. Ini sangat istimewa karena memiliki begitu sedikit aturan dan begitu banyak ruang untuk bermain. Saya dapat melakukan apa pun yang saya inginkan, biasanya ketika saya ingin tahu tentang bagaimana foto akan terlihat jika saya melakukan sesuatu, saya bisa melakukannya!

What makes street photography so special for you?

Street photography is literally a playground for me. It’s so special because it has so little rules and so much room to play. I can do anything I want, usually when I’m curious about what the photo would look like if I do something, I can just do it!

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

 

Apa perbedaan yang diciptakan fotografi dalam hidup Anda?

Ini menciptakan obsesi besar bagi saya, dan saya tidak bisa berhenti melakukannya. Tidak peduli betapa lelahnya saya, betapa sibuknya saya, saya selalu punya waktu untuk fotografi. Itu adalah sesuatu yang harus saya lakukan untuk melepaskan energi saya. Saya melihat dunia secara berbeda, dan saya menjadi semakin sensitif terhadap apa yang terjadi di sekitar saya.

What difference does photography create in your life?

It creates this huge obsession for me, and I cannot stop doing it. No matter how tired I am, how busy I am, I always have time for photography. It’s something I need to do to release my energy out. I look at the world differently, and I become more and more sensitive to what’s going on around me.

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

 

Bagaimana Anda tahu ketika sesuatu, seseorang, atau beberapa tempat layak untuk difoto?

Jika saya melihat itu lebih dari satu kali, atau saya berhenti dan melihatnya, maka ada baiknya untuk mengambil foto.

How do you know when something, someone, or some place is worth shooting?

If I look at it more than once, or I stop and look at it, then it’s worth shooting.

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

 

Bagaimana Anda mendeskripsikan koneksi Anda dengan subjek Anda?

Ini adalah sesuatu yang menjadi masalah saya di masa lalu, saya takut pada orang-orang dan hewan yang saya potret karena saya selalu berpikir bahwa mereka akan menyerang saya, Jadi bahasa tubuh saya selalu menunjukkan bahwa saya gugup ketika saya mendekati mereka, Jadi mereka selalu merasa bahwa saya melakukan sesuatu yang tidak saya yakini dan mungkin sesuatu yang buruk. Kemudian, saya mencoba berteman dengan mereka. Ketika saya memotret, Saya banyak tersenyum, bukan karena saya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa saya ramah, tetapi saya lebih bersenang-senang ketika saya memotret. Ketika saya berpikir mereka adalah teman saya, kebanyakan orang dan hewan merasakannya, dan mereka tidak keberatan saya memotret, tetapi tentu saja, ketika saya memotret mereka ketika mereka tidak sadar, dan mencaritahu setelahnya, itu bisa menjadi beberapa konflik.

How do you describe your connection with your subject matter?

This is something I have problem with in the past, I was scared of the people and the animals I shoot because I always think that they would attack me, so my body language always show that I’m nervous when I go near them, so they always sense that I’m doing something I’m not confident of and it’s probably something bad. Later on, I try to be friends with them. When I shoot, I smile a lot, not because I want to show them that I’m friendly, but I have more fun when I shoot. When I think they’re my friends, most people and animals kinda sense it, and they don’t mind me shooting, but of course, when I shoot them when they’re not aware, and found out later, there could be some conflict.

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

 

Gear anda?

Lumix GX9 dengan lensa 15mm dari Leica Summilux DG, dibuat untuk Panasonic.

Your gear?

Lumix GX9 with 15mm lenses from Leica Summulix DG, made for Panasonic.

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

Satu hal yang selalu kamu ingat di jalanan?

Saya selalu mengingatkan diri sendiri untuk tidak membawa kamera sampai saya menyusun gambar kasar di kepala saya terlebih dahulu, kadang-kadang momen itu bisa hilang jika saya memunculkannya terlalu cepat.

One thing you always make sure to remember on the streets?

I always remind myself to not bring the camera up until I compose a rough image in my head first, sometimes the moment could be gone if I bring it up too fast.

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

Fotografer mana yang menginspirasi Anda?

Tavepong Pratoomwong menginspirasikan saya ke dalam fotografi jalanan, kemudian saya memiliki era obsesi flash saya, yang dimulai dari tahun ini. Gavin Bragdon, Gareth Bragdon, Salvatore Matarazzo, dan Barry Talis sangat menginspirasi saya.

Which photographers inspire you?

Tavepong Pratoomwong inspired me into street photography, then I have my flash obsession era, which started from this year. Gavin Bragdon, Gareth Bragdon, Salvatore Matarazzo, and Barry Talis inspired me a lot.

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

 

Anda punya buku favorit tentang fotografi?

Minutes to Midnight karya Trent Parke adalah favorit saya sepanjang masa.

You have any favorite books on photography?

Minutes to Midnight by Trent Parke is my all time favorite.

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

 

Menurut Anda, bagaimana teknologi mengilhami kreativitas dalam fotografi?

Saya pikir semakin banyak teknologi, semakin banyak kemungkinan. Saya selalu bersemangat untuk teknologi baru. Jika Anda bertanya kepada saya tentang batasan apa yang baik untuk fotografi jalanan dan apa yang akan saya katakan, Fotografi adalah tentang memanipulasi dan menangkap cahaya. Jika teknologi yang Anda gunakan adalah tentang memanipulasi lampu, ada baiknya datang pada saya.

How do you think technology inspires creativity in photography?

I think the more technology, the more possibilities. I’m always very excited for new technologies. If you ask me about the limits of what’s okay for street photography and what’s too much I would say, Photography is about manipulating and capturing lights. If the technology you use is about manipulating the lights, it’s good to go for me.

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

 

Prestasi apa yang telah Anda dapatkan selama karier Anda dalam fotografi?

Miami Street Photography Festival 2015 – Finalist

Street Foto San Francisco 2016 – Finalist

Brussel Street Photography Festival 2017 – Finalist

Observe Collective, Down by the River, Iserlohn Germany Contest – 1st Place

Street Foto San Francisco 2017 – Finalist

Street Foto San Francisco 2018 – Finalist

London Street Photography Festival 2018 – Finalist

Bangkok Street Photography Festival – Finalist

Brussel Street Photography Festival 2018 – Finalist

Italian Street Photo Festival 2018 – Finalist

What achievements have you gained during your career in photography ?

Miami Street Photography Festival 2015 – Finalist

Street Foto San Francisco 2016 – Finalist

Brussel Street Photography Festival 2017 – Finalist

Observe Collective, Down by the River, Iserlohn Germany Contest – 1st Place

Street Foto San Francisco 2017 – Finalist

Street Foto San Francisco 2018 – Finalist

London Street Photography Festival 2018 – Finalist

Bangkok Street Photography Festival – Finalist

Brussel Street Photography Festival 2018 – Finalist

Italian Street Photo Festival 2018 – Finalist

 

© Tawandwad Wanavit

© Tawandwad Wanavit

 

Ada tips untuk calon fotografer jalanan di luar sana?

Saya merasa seperti saya masih sangat baru juga, tetapi jika ada beberapa saran yang dapat saya berikan, itu harus tentang mengelola emosi Anda terhadap perhatian yang diberikan orang kepada Anda. Ada periode di mana saya mendapat begitu banyak perhatian dan saya terobsesi dengan itu saya menjadi serakah. Selalu waspada dengan apa yang terjadi di jalur Anda, dan hargai apa yang Anda miliki saat ini.

Any tips for aspiring street photographers out there?

I feel like I’m still very new too, but if there’s some advice I can give, it has to be about managing your emotion toward the attentions people give you. There was a period where I got so much attention and I was obsessed with it I become greedy. Always be aware of what’s going on in your path, and appreciate what you have in the present time.

Tang Tawanwad Wanavit

Instagram : tang_tawanwad
Facebook : tang tawanwad wanavit

© Kanal Budiarto
Artikel, Interview, Sharing,

Kanal Budiarto : Juara HIPA Hanya Bonus

Halo mas budi , apa kabar mas ?

Halo juga mas Din , kabar baik selalu mas Din.

Masih sering motret ya mas Budi?

Masih sering mas, dan tiap hari selalu bawa kamera ini mas. hehe

 

© Kanal Budiarto

© Kanal Budiarto

Berarti kerja juga mas Budi membawa kamera mas ?

Iya mas, kemana saja saya selalu membawa kamera. Siapa tahu dapat momen yang istimewa, karena sering sekali ketika tidak bawa kamera sering melihat moment-moment menarik di ruang publik jadi saya putuskan untuk membawa kamera saya kapan pun dan di mana pun. Ditambah lagi, keseharian saya bekerja di RS Kartini Jepara, di Rumah Sakit kan selalu ramai. Jadi saya sering mengamati dan kadang saya memotret tipis-tipis, pernah dapat momen tapi foto yang saya buat refleksi dan kadang hanya bermain silhouete.

 

© Kanal Budiarto

© Kanal Budiarto

 

Bagi mas Budi, fotografi itu sekedar hobi atau pekerjaan sampingan juga mas ?

Fotografi buat saya itu hobi mas, karena saya suka mengabadikan apa yang ada di sekitar saya. Karena dulu saya suka berpergian touring dengan menggunakan Vespa, melihat konser sampai luar kota.  Kemudian ada ide, wah kalo perjalanan ini tidak di dokumentasikan sayang juga. Jadi setiap saya touring selalu sewa kamera tetangga dan itu saja dulu kamera analog mas. Dulu cuma bisa asal motret aja mas. Terus di tahun 2012 saya membeli kamera DSLR Canon 1100D dan itu cuma buat foto-foto dokumentasi aja, ada teman main band ikut saya yang mendokumentasikan. ya seperti itulah kurang lebih. hahaha

 

© Kanal Budiarto

© Kanal Budiarto

Meskipun hobi tapi kemarin saya dengar mas Budi menjadi juara salah satu kompetisi foto internasional HIPA bertema My Idol ya mas ? gimana ceritanya itu mas bisa jadi juara di kompetisi foto bergengsi itu?

Alhamdulillah bulan Agustus kemaren HIPA mengadakan kompetisi foto bertema My Idol. Saya pertama niatnya cuma ikut-ikutan saja tidak tahu jika saya akan menang atau tidak yang terpenting kirim foto. Waktu buka file-file foto di laptop saya menemukan foto anak kecil sedang memegang kamera mainan yaudah saya submit foto itu saja karena saya fikir itu sesuai tema yang di adakan HIPA.

 

© Kanal Budiarto

© Kanal Budiarto

Foto yang jadi juara itu saya dapatkan sebenarnya sudah agak lama. saat saya sedang mangantar teman dari Sragen namanya Isan Yp. Dia mau motret ke tenun Troso, saat perjalanan kesana kami melewati Desa Senenan pusat kerajinan ukir relif, dan saya melihat ada orang sedang mengukir terus kami berhenti. Saya dekati bapak yang sedang mengukir dan saya ajak bercakap-cakap. Dan di samping bapak itu ada anaknya yang sedang bermain melihat ke arah saya. Tiba-tiba dia masuk ke dalam rumah ngambil kamera mainan dan kembali berjalan ke arah ayahnya yang sedang mengukir. Waktu berpose seolah-olah sedang memotret itu saya arahkan kameraku untuk mengabadikan momen tersebut Jadilah foto itu. Terus saya edit menjadi Monochrome. Kalo saya buat berwarna, warna kulit sama kayu hampir sama soalnya jadi kurang menarik menurut saya. Hehe

HIPA kalau tidak salah setiap tahun mengadakan kompetisi ya mas? sudah berapa kali mas Budi submit karya mas Budi ke HIPA ?

Tema kompetisi My Idol itu tema bulanan. Kalo bulanan sudah ikut beberapa kali. Kalo yang tahunan, untuk tahun ini saya ikut juga yang terpenting kirim saja dulu, Soal menang atau tidak itu urusan nanti yang terpenting semangat mas. hehe

 

© Kanal Budiarto

© Kanal Budiarto

 

Kalau bagi mas Budi tujuan dan motivasi mas Budi mengikuti kompetisi internasional apa mas selain mendapat apresiasi dan pengakuan mas ?

Jika pengakuan, saya yakin setiap fotografer baik mereka dari kalangan hobi maupun profesional pasti menginginkan pengakuan. Tapi bagi saya yang paling utama adalah sebagai cerita dan untuk memotivasi anak kita nanti. Bahwa kita pernah juga mendapatkan prestasi di ajang internasional dari hobi kita. Selain itu juara HIPA bagi saya hanyalah sebuah bonus, yang terpenting kita senang dulu dengan apa yang kita lakukan. Karena kita di ranah fotografi ya kita harus suka dulu dengan apa yang kita foto. Jika kita sudah benar-benar menyukai karya-karya kita dan menghargai karya kita sendiri maka orang lain pun juga nantinya akan menghargai.

 

© Kanal Budiarto

© Kanal Budiarto

Menurut mas Budi perkembangan fotografi di indonesia seperti apa mas sekarang ?

Perkembangan fotografi di Indonesia sangat bagus dan  semakin berkembang. Apalagi saat ini di dukung dengan perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat sehingga kita lebih leluasa mendapatkan informasi tentang fotografi dari manapun, terutama dari media sosial dan website-website.

Harapan mas Budi apa mas, untuk perkembangan fotografi di indonesia kedepanya ?

Harapan saya untuk perkembangan fotografi di Indonesia yang pasti semakin maju. Dan masalah hak cipta foto semakin terlindungi kedepanya.

 

© Kanal Budiarto

Foto Kanal Budiarto

Facebook : https://facebook.com/budi.slankcooters

Twitter : https://twitter.com/budislank879

Instagram : http://instagram.com/kanalbudiarto & http://instagram.com/budislankcooters

 

Aizad Fadzli - dinprasetyo.com
Artikel, Interview, Street photography,

Photographer Interview : Aizad Fadzli

Silahkan Anda memperkenalkan diri?

Terima kasih di atas peluang yang diberikan. Perkenalkan, nama saya Aizad Fadzli Co-Founder ISP Collective – Invisible Street Photography dan Ex-admin FJM Street Photography Malaysia, Aktif di dalam scene street photography Malaysia hampir 5 tahun.

Apa kenangan masa kecil anda terhadap seni?

Sejak awal umur, pra sekolah dan sekolah rendah; seni visual telah ditekankan bagi mengaplikasikan kemahiran seni, mengespresiasi diri, mengaspresiasi seni bagi memperolehi pengalaman estetik dan menyampaikan idea melalui imaginasi dan kreativiti.  Seni yang dimaksudkan adalah seni lukisan dan saya cenderung untuk melukis pada tempoh ini. Boleh dikatakan aktiviti seni visual yang dilaksanakan semasa zaman kanak-kanak lebih menekankan proses dan luahan ekspresif.  Proses pembelajaran dan penguasaan kemahiran ini yang telah mempengaruhi persepsi, kreativiti dan sensitiviti terhadap keadaan sekeliling apabila dewasa.

 

© Aizad Fadzli

© Aizad Fadzli

 

Apa yang pertama kali menarik Anda ke fotografi dan bagaimana Anda menemukannya?

Pada tahun 2002, saya telah dihadiakan kamera dan sejak dari itu, saya akan mengambil apa sahaja yang menarik perhatian. Saya menginginan detik-detik itu dirakamkan secara kekal. Faktor utama berkemungkinan adalah dari pemerhatian. Apabila tiba di tempat baru, kita akan memerhati persekitaran dan melihat dengan cara yang berbeza. Bermula dari detik itu, saya memahami apa yang telah merakam gambar-gambar yang mempunyai mesej cerita, ekspresi dan emosi kerana ia mampu menghubungkan jiwa-jiwa manusia. Pengenalan kepada komuniti Street Photography Malaysia merupakan a little push in the right direction.

Apa yang membuat fotografi jalanan begitu spesial untuk Anda?

Bermula dengan landscapes photography, kemudiannya beralih kepada human interest dan kedua-dua ini berlaku dalam tempoh sekitar tiga tahun. Saya mula menyoal diri ini bukanlah apa yang saya mahukan. Sejak dari lima tahun lalu, saya menyelusuri streets dan ini yang akan saya lakukan seterusnya pada masa yang hadapan.

“What we see is not made of what we see, but of what we are.”  Fernando Pessoa

 

© Aizad Fadzli

© Aizad Fadzli

 

Bagaimana Perkembangan fotografi di tempat atau negara anda tinggal?

Senario perkembangan street photography di Malaysia tidak terlalu berbeza dengan senario di Indonesia. Seperti yang dinyatakan pada perbincangan bersama Maklumfoto mengenai Senario perkembangan street photography di Indonesia pada November 2017, komuniti-komuniti Street Photography disini perlu saling mempromosikan genre ini ke satu tahap yang lebih tinggi dan keluar dari tradisi kepompong keselesaan. Resolusi jangka panjang terhadap perancangan masa depan dan pengubahsuian pendekatan perlu mengikut kesesuaian semasa. Secara keseluruhannya, scene disini telah berkembang dengan pesat dengan kewujudan komuniti dan bilangan pengiat Street Photography yang semakin ramai.

 

© Aizad Fadzli

© Aizad Fadzli

Bagaimana Anda tahu ketika sesuatu, seseorang, atau beberapa tempat layak untuk difoto?

ia bergantung pada situasi dan kombinasi beberapa elemen untuk menghasilkan foto yang berkualiti dan kuat. Setiap scene mempunyai potensi yang tersendiri. Elemen utama dalam Street Photography adalah penceritaan dan decisive moment. Komposisi dan pencahayaan yang bersesuaian akan menjadikan penceritaan lebih menarik lagi.

Untuk menjadikan hasil karya lebih menarik dan efektif, kaedah Decisive Moment yang dipopularkan oleh Henry Cartier Bresson biasanya digunapakai sebagai panduan.  Decisive moment berarti rekaman dibuat tepat saat kemuncak  sesuatu happening atau scene dihadapan kita bersertadengan komposisi yang mantap. Peak moment + Form (Formal Element) Content (Penceritaan yang bermakna ) = Decisive Moment, tetapi Ia jarang berlaku. Dalam satu hari sekiranya anda memperoleh 100-200 foto yang dirakamkan, mungkin ada satu atau dua foto yang berkualiti dan kemungkinan tiada langsung.

Bagaimana Anda mendeskripsikan koneksi Anda dengan subjek Anda?

Secara jujur, saya tidak meluangkan terlalu banyak masa di satu-satu tempat. Saya kan meninggalkan scene tersebut setelah saya memperoleh foto yang diingini. Saya hampir tidak pernah mempunyai perbualan dengan subjek. Kebanyakan tidak perasan foto mereka diambil dan jika mereka perasan saya hanya melihat mereka dan memberikan senyuman. Senyuman membantu menenangkan keadaan.

Kamera yang anda gunakan?

Sony A6000, Sigma 19mm dan Fujifilm X100 Series, 28mm. Kebanyakkan orang berfikir mereka perlu memiliki peralatan kamera yang hebat untuk menghasilkan gambar yang hebat. Ini tidak benar, percayalah. Mereka berfikir bahawa apabila mereka menaik taraf kamera mereka ke sistem dan teknologi yang terkini, kualiti akan meningkat. Ini tidak benar, ia bermula dari fikiran yang memberitahu sebab gambar anda tidak hebat adalah kerana kamera anda tidak cukup baik. Ia berlaku kepada semua orang termasuk saya sendiri, apabila saya tidak berpuas hati dengan foto yang dihasilkan, saya selalu merasakan bahawa membeli kamera baru akan memberi inspirasi dan dapat menghasilkan foto yang  hebat. Secara fakta, ia tidak pernah berlaku.

Satu hal yang selalu Anda ingat di jalanan?

Apa yang ada di hadapan mata, telah tersedia. Tunggu dan moment tersebut pasti ada.

Fotografer mana yang menginspirasi Anda?

Matt Stuart: Humor

Mark Cohen: Closeness dan keunikkan style yang tersendiri

Siegfried Hansen: Gafik dan keunikkan style yang tersendiri

Alex Webb: Kesempurnaan

Martin Parr: Sosial kritik, humor dan irony)

Tavepong, Komposisi dan misteri

Vineet Vohra: Layering

Jesse Marlow: Lively

Pau Buscato Juxtaposition dan kreatviti

HCB: Komposisi dan klasik

Saul Leiter: Warna dan abstrak

dan banyak lagi

Buku favorit anda tentang fotografi?

Street Photography Now dan 100 Great Street Photographs

 

© Aizad Fadzli

© Aizad Fadzli

 

Bagaimana menurut Anda teknologi mengilhami kreativitas dalam fotografi?

Salah satu faktor yang memainkan peranan signifikan di dalam perkembangan kreativiti Street Photography adalah peranan penyampaian teknologi maklumat iaitu media sosial. Kewujudan platform media sosial seperti Facebook, Instagram dan yang lain-lain ini  memudahkan perkongsian dan mempercepatkan proses perkongsian di antara penggiat Street Photography. Media sosial menyediakan ciri praktikal yang menyokong proses komunikasi dan memudahkan penggiat Street Photography untuk berinteraksi, berkolaborasi, perkongsian dan berkomunikasi secara langsung di antara satu sama lain.

Pencapaian apa yang telah Anda dapatkan selama karier Anda dalam fotografi?

Pencapaian yang terbaru adalah tersenarai sebagai Finalist SPi (Street photography International) Street Awards 2018, Finalist StreetFoto San Francisco Festival 2018 dan Editors Pick Lensculture Exposure Awards for Single Image, Editor Pick’s, 2018.

Ada tips untuk fotografer jalanan di luar sana?

Pelajari asas-asas fotografi dan kembangkan kemahiran memerhati anda. Ini boleh diperoleh dengan melihat foto dari curated group di flickr, collective. Keluar, hasilkan lebih banyak foto, jangan takut untuk melakukan kesilapan, nikmati setiap saat apabila anda keluar bersama dengan kamera anda. Yang paling penting adalah mengasilkan foto untuk diri anda sendiri dan bukannya untuk orang lain. Jangan biarkan penghargaan atau kritikan mengganggu matlamat anda.

Website : http://www.ispcollective.com

www.instagram.com/aizadfadzli/

© Fahmy Afryan
Artikel, Interview, Street photography,

Photographer Interview : Fahmy Afryan

Silahkan perkenalkan diri anda?
Assalammualaikum, halo perkenalkan nama saya Fahmy Hifny Afryan biasa dipanggil fahmy/efrik (Panggilan sejak kecil ), saya tinggal di  Bawen, Kabupaten Semarang.
Sejak kapan anda mulai mengenal dunia fotografi? dan sudah berapa lama anda menggeluti dunia fotografi ?
Saya suka dengan dunia fotografi semenjak duduk di bangku SMP, cuman dulu masih sebatas suka  saja. Sebatas melihat orang motret saja dan menikmati hasil foto teman, belum benar-benar tau secara rinci apa itu fotografi. Mulai duduk di bangku SMA baru mencoba-coba motret itupun masih menggunakan kamera film.
Kalau tidak salah waktu itu menggunakan kamera fujifilm entah lupa tipenya, cuman sampai sekarang masih ada barangnya, Ketika beranjak ke jenjang perkuliahaan, barulah saya belajar betul apa itu fotografi dari salah seorang teman, itupun masih dasar dan saya belajar sendiri secara otodidak. Memasuki semester akhir mulai memahami sedikit-sedikit apa itu fotografi dan Saya masih merasa perlu banyak belajar tentang pemahaman-pemahaman di dunia fotografi.

© Fahmy Afryan

Kenapa memilih fotografi jalanan dan kenapa fotografi jalanan spesial bagi anda dan sejak kapan menggeluti fotografi jalanan?
Awalnya saya belum tahu apa itu fotografi jalanan, masih suka memotret model (meskipun teman sendiri), dokumenter, dan landscape, meskipun dengan kamera hasil meminjam hahaha.
Awal tahun 2016 baru dikenalkan oleh dua orang teman tentang foto jalanan, istilahnya Street Photography / foto jalanan.
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

Kami perhatikan karya-karya anda lebih banyak mengandalkan decisive moment atau moment puncak, Kenapa ?  
Alasan kenapa foto saya mengandalkan Decisive Moment, karena bagi saya hal itu adalah komposisi yang mudah untuk dipahami dalam konsep awal belajar tentang Street Photography, jadi masih mengandalkan foto yang apik, menarik, dan dapat dinikmati orang banyak. Namun setelah berada dititik jenuh dengan karya seperti itu akhirnya sekarang saya mencoba untuk belajar lagi lebih dalam, apa itu Fotografi Jalanan. Apa yang seharusnya diangkat dari jalanan itu sendiri, serta bagaimana bisa membawa emosi kedalam foto yang saya ciptakan, sehingga bisa dijadikan kenangan bagi diri sendiri dan menjadi memory tersendiri bagi orang lain.
Sehiingga, untuk saat ini saya berusaha untuk banyak belajar dan mencoba mengekspresikan tatanan public didaerah saya dengan pendekatan dan sudut pandang saya pribadi.
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

Siapa fotografer yang menginspirasi karya-karya anda ?
Banyak, contohnya Fotografer Magnum. Mereka sangat cocok untuk dijadikan referensi dalam proses belajar.
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

Apa buku foto favorit anda?
Banyak juga, namun sekarang saya lebih tertarik dengan buku foto karya Norris Webb serta Trent Parke. bagi saya karya meraka menarik untuk dipadukan.
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

 

Prestasi apa saja yang sudah anda raih selama menggeluti dunia fotografi?
Bicara tentang prestasi, banyak foto-foto saya yang dipublikasikan di berbagai akun Fotografi Jalanan akun-akun media sosial dan Alhamdulillah tahun 2016 menjadi juara 2 pada event JSPI (Jambore Street Photography Indonesia) serta tahun 2017 meraih Gold Medal pada event Salon Foto Indonesia (SFI).
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

 

Bagaimana menurut anda perkembangan fotografi di Indonesia khusunya fotografi jalanan? 
Fotografi jalanan di Indonesia semakin berkembang dan semakin diterima oleh masyarakat dan sampai saat ini penggiat fotografi jalanan di Indonesia semakin kesini semakin banyak. Lanjutkan !!
© Fahmy Afryan

© Fahmy Afryan

Adakah beberapa patah kata untuk penggiat fotografi jalanan di indonesia? dan apa harapan anda untuk seni fotografi di Indonesia khusunya fotografi jalanan?
Teruslah belajar dan berkembang serta tampilkan identitas Indonesia dalam foto jalannamu, tunjukkan kalau Street Photography di Indonesia tidak kalah menarik dengan Street Photography diluar negeri.
Children by Dewangga
Artikel, Interview, Street photography,

Photographer Interview : Dewangga

Silahkan perkenalkan diri anda?

Terimakasih atas kesempatannya. Sebelumnya perkenalkan nama saya Dewangga Ewang Jasa Rahardian, saya bekerja di rumah makan Jepang milik kakak saya di Yogyakarta.

Sejak kapan anda mulai mengenal dunia fotografi? dan sudah berapa lama anda menggeluti dunia fotografi ?

Saya mengenal fotografi sejak tahun 2015 akhir, namun mulai serius mendalaminya mulai 2016. Sudah 3 tahun saya menggeluti hobi saya ini.

© Dewangga

© Dewangga

 

Kenapa memilih fotografi jalanan dan kenapa fotografi jalanan spesial bagi anda dan sejak kapan menggeluti fotografi jalanan?

Hmm… Pada awalnya saya cuma iseng-iseng mencoba dan hanya ikut-ikutan teman, namun lama-lama saya ketagihan mendalami fotografi jalanan karena pada dasarnya saya memang suka mengamati dinamika dan kegiatan orang-orang di ruang publik, sehingga hal itu membuat saya lebih peka menangkap fenomena di jalanan untuk dijadikan saksi dan bukti perkembangan kota tempat saya tinggal, yaitu Yogyakarta. Saya mendalami fotografi jalanan sejak pertengahan 2016. Pokoknya, fotografi jalanan itu asyik broh!.

Kami perhatikan karya-karya anda lebih banyak mengandalkan decisive moment atau moment puncak, bagaimana menurut anda ?  

Menurut saya, memang moment puncak atau decisive moment itu seperti kita memakan sebuah bakso yang berisi cabai, tidak selalu terlihat enak dan mulus namun ada kejutan saat kita nikmati.
© Dewangga

© Dewangga

 

Kami lihat anda juga membuat akun lain selain akun instagram utama anda @aggnawed, dan disitu kami dapati foto-foto selain fotografi jalanan, apakah anda sedang observasi atau sedang ada hal lain yang membuat anda ingin mencoba jenis fotografi lain? 
Saya memang memiliki beberapa akun lain, ada yang untuk mengikuti beberapa kontes foto di Instagram hingga ada akun yang akan saya siapkan untuk beberapa projek saya, karena saya ingin lebih mengembangkan fotografi saya.
Siapa fotografer yang menginspirasi karya-karya anda ?
Hingga saat ini karya-karya dari Tavepoong, Vneet Vohra, Chris Tuarissa, dan om Sambara, selalu membuat saya merinding, namun kalau untuk inspirasi, saya bisa mendapatkannya dari mana saja termasuk dari karya teman-teman semua.

 

© Dewangga

© Dewangga

 

Apa buku foto favorit anda?
Buku foto favorit saya “Unpublished” dari Kompas. Dan beberapa buku foto dari jurnalis Antara.
Prestasi apa saja yang sudah anda raih selama menggeluti dunia fotografi?
Prestasi saya yang paling berkesan saat mendapat medali dari kontes bulanan Hipa yang saat itu bertema “Children”, dan ada beberapa kontes foto lokal yang pernah saya menangkan.

 

© Dewangga

© Dewangga

 

Bagaimana menurut anda perkembangan fotografi di Indonesia khusunya fotografi jalanan?
Fotografi jalanan Indonesia bisa dibilang berkembang sangat pesat, hal itu dapat dilihat dari perbandingan jumlah fotografer jalanan yang saat ini semakin bertambah banyak dibandingkan awal-awal ketika saya belajar fotografi dahulu.
© Dewangga

© Dewangga

 

 

 

Adakah beberapa patah kata untuk penggiat fotografi jalanan di indonesia? dan apa harapan anda untuk seni fotografi di Indonesia khusunya fotografi jalanan?
Pesan saya, jangan cepat bosan dengan fotografi jalanan. Karena beda waktu, selalu beda moment di ruang publik, dan belajarlah untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Jangan hanya demi sebuah foto yang bagus dan indah kita sampai melupakan norma kesopanan, dan teruslah belajar, jangan terlalu mudah puas dengan karya yang penuh pujian, karena pujian adalah racun yg menghambat jika kita terlalu terlena dan tidak menjadikanya sebagai motivasi untuk berkembang.
Harapan saya fotografer Jalanan di Indonesia terus berkembang hingga masuk beberapa ajang bergengsi seperti Miami Street Photography Festival, dan saya harap banyak fotografer jalanan Indonesia bisa bmembuat pameran atau workshop di luar negeri.
© Dewangga

© Dewangga

instagram : @aggnawed

© Baskara Puraga
Artikel, Interview, Street photography,

Street Photographer Interview : Baskara Puraga

Sebelumnya silahkan perkenalkan diri anda ?

Perkenalkan nama saya baskara Puraga Somantri, biasa dipanggil Aga. Sehari-hari saya bekerja sebagai Sound Engineer. Dan fotografi biasanya menjadi pengisi waktu disaat luang meskipun kadang-kadang kebablasan juga dengan yang namnya fotografi ini.

Sejak Kapan anda mendalami fotografi?

Saya memiliki kamera pertama di sekitar tahun 2008-2009, tepatnya saya kurang ingat, yang jelas waktu itu diberi oleh kakak saya, DSLR Nikon D90. Namun mulai mendalami fotografi tahun 2012 semenjak menemukan analog bekas Bapak saya di rumah

© Baskara Puraga

© Baskara Puraga

 

Jika kami lihat karya-karya anda lebih ke street photography, bisakah memberikan sedikit argument tentang karya-karya anda?

Saya kurang paham juga jika dikategorikan, memang kebanyakan foto saya lakukan di jalanan dan di ruang publik, meski sesekali memotret di ruang privat. Medium fotografi untuk saya pribadi sangat cocok untuk menggali “diri” lebih jauh, mencari jawaban-jawaban dari banyak pertanyaan yang ada di kepala saya, dan bagaimana menyampaikannya ke publik yang lebih luas.

Siapa fotografer yang sangat menginspirasi karya-karya anda ?

Daido Moriyama, Nobuyoshi Araki, Klavdij Sluban, Arthur Bondar, Mario Giacomelli, Sergio Larrain, dan masih banyak lagi hahahaha…

© Baskara Puraga

© Baskara Puraga

Selain aktif mengunggah karya-karya anda di media sosial anda juga produktif membuat photozine , apa sebenarnya  photozine itu?
Photozine menurut saya adalah versi “ringkas” jika dibandingkan dengan photobook. Photozine adalah salah satu penyaluran hasrat berkarya saya dan beberapa teman lainya untuk membuat sesuatu yang sifatnya fisik, Karena selalu ada perasaan berbeda saat menikmati karya dalam bentuk fisik.
Berapa photozine yang sudah anda buat, dan bisakah sebutkan judul dan sedikit sinopsis dari karya-karya tersebut?

Pseudo mind, A Momentary Lapse of (t) Reason, When The Sun Don’t Shine, dan Avaritia. Cukup panjang jika dibahas satu-satu, yang jelas kesamaan dari karya ini biasanya berupa kegelisahan pribadi akan pertanyaan-pertanyaan yang terus berkecamuk di kepala saya sendiri, rasa sepi dan rindu, dan bagaimana saya sebagai “pengamat” dalam hiruk pikuk dunia perkotaan dan kesehariannya.

© Baskara Puraga

© Baskara Puraga

Yang kami ketahui anda adalah member dari fotoemperan, bisakah ceritakan apa fotoemperan itu dan siapa founder dari fotoemperan ?

Fotoemperan adlah group kolektif fotografer, yang sampai saat ini masih sering berkumpul dan ngopi bareng. Kita belajar, Saling mengisi, dan tumbuh bersama sambil terus melakukan eksperimen, pembelajaran, pameran, dan hal lainya.

Apa visi dan misi kedepanya dari fotoemperan?

 

Fotoemperan ingin terus hadir di dunia fotografi, khusunya di indonesia untuk terus berkarya, bersilaturahmi, dan saling belajar dari teman-teman lainya yang juga menggunakan fotografi sebagai medium-nya.

Dan untuk founder nya yang jelas tidak satu, beberapa diantaranya adalah Tomi Saputra, Agung Rahmat Umbara, Ariq Rahadian, Arifan Sudaryanto, dll.

Menurut anda kriteria foto street yang bagus itu yang bagaimana?

Pertanyanya susah menjawabnya, yang jelas saya menyukai semua foto apapun yang memiliki kedalaman makna dan menimbulkan pertanyaan setelah melihatnya.

© Baskara Puraga

© Baskara Puraga

Selama anda mendalami fotografi, apa saja prestasi dan penghargaan yang sudah pernah anda dapatkan?
Saya kurang aktif dalam mencari penghargaan tampaknya hahaha, paling beberapa kali melakukan pameran, dan pernah juga karyanya di pamerkan di Vietnam, Malaysia, dan Jakarta. Selebihnya saya lebih tertarik belajar, Saya pernah mengikuti workshop yang di adakan Pannafoto institute dan Workshop fotografi bersama Klavdij Sluban.
Adakah beberapa tips untuk teman-teman yang mungkin mau atau sedang mendalami street photography khususnya di indonesia?
Selalu perhatikan detail, cobalah memotret layaknya anak kecil yang diberi kamera, tidak usah terlalu dipikirkan ingin membuat foto seperti apa, lebih mengalir dan jujur saja
 Instagram: @agareds – www.baskarapuraga.com 
 
expressionism_agandayat_9
Artikel, expressionism photography, Interview, Street photography,

Expressionism Photographer Interview : Agan Dayat

Muhammad Hidayat atau sering di panggil agan dayat adalah fotografer kelahiran Manado Sulawesi Utara. Beliau adalah salah satu fotografer fine art dan expressionism fotografi disamping street photography. Karya-karya nya juga sudah banyak di akui secara international diantaranya World street photograpy, kujaja dan street hunter. Beliau adalah ketua sekaligus pelopor komunitas Atjeh Street Project.

Silahkan perkenalkan diri mas dayat ?

Hai, Saya Hidayat tapi lebih sering di panggil dengan sebutan Agan, kalau mau dipikir tidak ada hubungannya dengan nama saya sendiri, tetapi yaa biarkan sajalah. Saya lahir 2 Januari 1982 di Manado Sulawesi Utara tetapi lebih banyak menghabiskan waktu di Makassar dan Jakarta dan sekarang saya berdomisili di Banda Aceh dan bekerja sebagai staf di bangian Keuangan pada salah satu Instansi Pemerintahan. Memiliki seorang Putri yang cantik yang sekarang berusia 2,5 tahun hehehe.

Sejak kapan mas dayat mulai mendalami fotografi?

Mengetahui fotografi kalau tidak salah sejak tahun 2009 saya sudah memiliki ketertarikan di bidang fotografi  tetapi baru sekedar merasa tertarik dan sesekali meminjam kamera teman untuk mencobanya karena pada saat itu kamera Digital merupakan barang yang sangat mahal buat saya. Pada awal tahun 2015 saya mulai bisa dikatakan serius dan memiliki minat yang tinggi terhadap fotografi dan mulai mendalami apa itu Seni Fotografi dan sangat tertarik dengan fine art dan expressionism fotografi.

Expressionism Photography © Agan Dayat

 

Disamping mendalami fine art dan expressionism fotografi mas dayat juga mendalami street fotografi ya mas , menurut mas dayat street fotografi itu apa sih mas ?

Kalo boleh jujur saya mulai menyukai street fotografi baru belakangan ini, dan hingga saat ini cukup tertarik dengan street photography bisa dikatakan seperti itu.  Karena buat saya street photography merupakan sebuah tantangan dan kejujuran serta apa adanya, kalau saya katakan street photography itu tidak mahal (tidak memerlukan peralatan yang mahal) dalam hal ini menggunakan kamera smartphone pun bisa menghasilkan foto yang bagus, tetapi bukan juga murahan. Nah disinilah saya melihat bahwa street photography sangat menarik, dimana kita bisa mendapatkan sebuah foto yang menarik dengan kecepatan serta spontanitas. Kalau menurut saya secara pribadi street photography itu melatih saya untuk lebih jelih, lebih pekah dengan keadaan dan lebih pinter dalam melihat situasi dan menjadikannya dalam sebuah foto.

Siapa fotografer yang sangat menginspirasi karya-karya mas dayat ?

Saya merupakan salah satu orang yang baru mendalami fotografi dan bisa dikatakan sangat minim dengan referensi fotografer. Bahkan sejak memulai serius dengan fotografi baru di tahun kedua saya mulai mengetahui ada beberapa fotografer yang akhirnya menginspirasi saya hingga saat ini. Saya suka dengan Antoine D’Agata beliau merupakan salah satu fotografer yang kontroversial tetapi karya-karya beliau kuat dan sangat menginpirasi saya, beberapa pemaknaan dan pandangan beliau terhadap fotografi sangat saya sukai. Jacob Aue Sobol juga merupakan fotografer inspirasi buat saya, sejak pertama saya melihat beberapa karya-karyanya yang emosional dan memiliki karakter yang kuat serta BW yang pekat seperti ada koneksi dengan saya karena saya juga tertarik dengan foto-foto seperti beliau. Beberapa fotografer seperti  Trent parke, Michael Akerman, Rinko Kawauchi, Shorab Hura, Stavros Stamatiou, Nan Golding, Roger Ballen, Daido moriyama, Nobuyoshi Araki saya sering menghabiskan beberapa waktu khusus untuk melihat foto-foto mereka dan membaca profil serta mencatat beberapa pandangan mereka tentang fotografi dan pemaknaan mereka terhadap foto. Tidak bisa dipungkiri juga teman-teman Fotoemperan teman ISP juga banyak memberi dampak terhadap perjalanan saya mengenal dan mendalami fotografi. Om chris Tuarissa dan om Sam lah yang membuat saya mengetahui pendekatan street photography itu seperti apa heheh. Mas Aji susanto Anom juga merupakan salah satu fotografi panutan saya, dan bisa dikatakan beberapa karya-karya beliau sangat mempengaruhi saya, hemnn…  sepertinya sangat banyak dan masih sangat banyak hahahha.

Apa sih perbedaan dari street photography dan expressionism atau personal photography mas?

Hemn.. Buat saya ini pertanyaan yang sederhana tapi merupakan pertanyaan yang sangat sulit buat saya, semoga saya bisa menjawab.

Berbicara perbedaan antara street photography dengan personal photography menurut saya perbedaannya lebih kepada pendekatannya. Kalau street photography seperti yang sudah saya jawab di pertanyaan sebelumnya. Menurut saya berbicara tentang personal photography berarti penekanannya dan penyampaiannya lebih bersifat sangat pribadi karena berbicara personal, visual yang ditampilkan atau disampaikan juga lebih subjektif dan bersifat personal,  kita bisa menceritakan tentang apa saja baik itu pengalaman secara pribadi, kehidupan sehari-hari dan lain sebagainya. Dalam personal photography tidak menutup kemungkinan untuk melakukannya secara konseptual dan ini pastinya bertolak belakang dengan street photography yang tidak boleh di konsep atau diarahkan. Street photography juga terkadang bisa sangat subjektif, karena apakah ada bener-benar foto yang objektif ? itu tergantung dari penikmat foto yang dapat melihatnya. Karena setiap foto pasti memiliki emosi baik itu foto yang bagus dan tidak bagus menurut penikmat foto yang menikmatinya dan semua memiliki emosi yang lahir dari si pemotret. Disini saya mengambil contoh dari diri saya sendiri dan pengalaman saya sendiri atau pemikiran saya sendiri. Buat saya street photograpy melatih saya untuk lebih pekah terhadap keadaan pada saat berada diruang publik, melatih kejelian dan kepinteran dalam merekam sebuah kejadian yang ada, Tetapi buat saya mengerjakan personal photography atau personal project lebih dari dari itu sangat melibatkan perasaan, melibatkan emosi yang dalam bahkan berimajinasi. Semoga bisa menjawab.

Dari informasi yang kami dapatkan mas dayat ketua sekaligus pelopor dari atjeh street project ya mas jika berkenan boleh mas sedikit ceritakan apa itu aceh street project mas?

ASP atau Atjeh street project merupakan sebuah komunitas yang berfokus pada street photography dan lebih menjadi wadah dan informasi terkait street photography khususnya di Daerah Aceh dimana saya berada saat ini. Karena di Aceh sendiri ada banyak komunitas fotografi tetapi ASP mungkin bisa dikatakan komunitas atau wadah yang pertama yang berfokus pada street photography.

Apa visi dan misi dari atjeh street project mas,dan mungkin bisa di ceritakan sedikit kisah yang melatar belakangi terbentuknya atjech street mas?

Seperti yang saya katakana tadi, di Aceh sendiri sangat banyak komunitas fotografi, tetapi belum benar-benar ada satu kamunitas atau perkumpulan yang berfokus pada street photography, dengan pengamatan ini maka ASP lahir dan hadir untuk memperkenalkan pendekatan street photography dan menjadi wadah Informasi tentang Street Photrography. Bagaimana ASP bisa memperkenalkan Aceh melalui pendekatan Street Photography.

Bagaimana menurut mas dayat perkembangan street photography di indonesia mas ?

Untuk Pertanyaan ini sepertinya saya belum berani untuk memberikan Jawaban. Hahahhaha. Yang pasti yang saya tau dan lihat sangat berkembang, ya itu saja !

Menurut mas dayat kriteria foto street atau personal fotografi yang bagus itu yang bagaimana mas?

Kemarin saya baru berbincang-bincang dengan Mas Aga (Baskara Puraga @agareds ) dan beliau memberikan sebuah pertanyaan yang membuat saya kembali berfikir, kira kira seperti ini “menurut Om Agan mana foto bagus dan mana foto jujur “ ? jadi menurut saya foto yang bagus itu ya foto yang jujur, Apalagi berbicara personal fotografi ya foto-foto yang bisa menyampaikan kejujuran dan tidak banyak berfikirnya dan bisa mengetahui diri kita dalam foto tersebut. satu lagi perkataan Beliau bedakan antara bagaimana membuat sebuah foto dan mengambil sebuah foto. Nah, kalo ditanya kriteria setiap orang punya kriteria masing-masing baik itu street photo ataupun personal photo

Selama mas dayat mendalami fotografi, apa saja prestasi dan penghargaan yang sudah pernah mas dayat dapat kan mas ?

Kalo penghargaan dan prestasi siy bisa dikatakan belum ada, hanya beberapa nominasi dari beberapa situs seperti World street photograpy, kujaja dan street hunter.

Adakah beberapa tips untuk teman-teman yang mungkin mau atau sedang mendalami street photography khususnya di indonesia?

Bukan tips tetapi lebih kepada pengalaman, banyak melihat, banyak membaca dan banyak memotret. Satu lagi tetap memotret dalam keadaan apapun yang sedang kita alami atau rasakan, karena bisa saja foto terbaik kita lahir dari keadaan saat itu.

Street Photography © Agan Dayat

 

 

Website dan Medis Sosial

www.agandayat.com

www.instagram.com/agandayat

www.instagram.com/agan_dayat

www.facebook.com/agandayat